• Beranda
  • Berita
  • Festival film of the Archipelago tayangkan empat film Indonesia

Festival film of the Archipelago tayangkan empat film Indonesia

8 Mei 2019 10:10 WIB
Festival film of the Archipelago tayangkan empat film Indonesia
Diskusi pascapemutaran film "The Land Beneath the Fog", yang menampilkan kehidupan petani Desa Genikan di lereng Gunung Merbabu, Jawa Tengah, Indonesia. Diskusi digelar di Brunei Gallery Lecture Theater, SOAS University of London, Minggu (5/5/2019). (ANTARA, Zeynita G)

 

Sebanjak empat film Indonesia Sekala Niskala karya sutradara Kamila Andini, Buffalo Boys yang disutradarai Mike Wiluan, dan Pengabdi Setan karya sutradara Joko Anwar serta film Aruna dan Lidahnya karya sutradara Edwin diangkat dari buku Laksmi Pamuntjak tampil dalam Festival Films of the Archipelago yang digelar oleh Deptford Cinema, London, Inggris, mulai 11 Mei mendatang.

Festival film Indonesia digelar untuk kedua kalinya di Deptford Cinema, sebuah bioskop komunitas di tenggara kota London, Inggris itu berbeda dengan festival film Indonesia yang pertama, ujar Paul Flanders, sukarelawan di Deptford Cinema yang menjadi salah seorang penggagas festival film Indonesia ini kepada Antara London, Rabu.

Festival film kali ini didukung oleh Komite Nasional Indonesia untuk London Book Fair 2019, usungan Bekraf, yang memberikan bantuan dana penyelenggaraan acara yang berkaitan dengan Indonesia di luar London Book Fair 2019 di mana Indonesia menjadi pasar fokus.

Dikatakannya Festival Films of the Archipelago digelar bekerja sama dengan artis Hannah Al Rashid yang berperan di film Aruna dan Lidahnya. Hannah menjadi kurator festival dengan memilih film yang menurutnya layak ditampilkan di London. 

Dengan kapasitas 40 kursi, Deptford Cinema dijuluki majalah TimeOut London sebagai bioskop film-film seni (Art house) dan oleh harian sore The Evening Standard sebagai tempat yang harus dikunjungi untuk menonton film asing.

“Ketika kami mengadakan festival yang pertama, minat masyarakat London terhadap film-film Indonesia yang jarang diputar di London besar sekali,” kata Paul sambil menyebutkan lebih dari 50% penonton festival pertama tahun 2017 adalah penduduk London yang tidak pernah menonton film Indonesia sebelumnya.

Tahun lalu, ketika di bioskop ini diputar Marlina dan Pembunuh dalam Empat Babak karya sutradara Mouly Surya banyak penonton tidak mendapatkan tiket, sehingga film diputar lagi kedua kalinya beberapa minggu setelah pemutaran pertama. “Ini menunjukkan ada rasa ketertarikan besar untuk menonton film-film Indonesia,” kata Paul.

“Sayangnya, kami sering mengalami kesulitan mendapatkan film Indonesia dan menghubungi sutradara atau produser film di Indonesia. Untungnya kali ini ada Hannah Al Rashid yang membantu kami,” ujar Paul yang berharap festival ini bisa diadakan di tahun-tahun mendatang.

Hannah Al Rashid di postingan Instagramnya mengatakan sangat senang bisa membantu menjadi kurator di “bioskop indie yang super cool ini.” Hannah mengharapkan film-film yang ditampilkan bisa memberikan wawasan mengenai perfilman Indonesia kepada penonton di London.

Deptford Cinema yang didirikan lima tahun lalu adalah bioskop yang sepenuhnya dikelola oleh para sukarelawan yang memang pencinta film.

Film yang diputar di bioskop ini beraneka ragam, mulai dari film indie, film cult, dan film-pemenang penghargaan internasional dan juga sejumlah film populer dan mainstream. Baru-baru ini diputar film pemenang penghargaan Palme d’Or dari Festival Film Cannes seperti film Winter Sleep karya sutradara Turki Nuri Bilge Ceylan dan Shoplifters karya sutradara Jepang Hirokazu Kore-eda. 
Baca juga: Masyarakat Film Indonesia di Inggris bahas "The Land Beneath the Fog"
Baca juga: Film Rumput Tetangga menambah film Indonesia yang layak ditonton

 

Pewarta: Zeynita Gibbons
Editor: Maria D Andriana
Copyright © ANTARA 2019