"Satu hal yang menurut saya paling penting yang telah menjadi pembelajaran bagi saya adalah bagaimana kita memahami disabilitas fisik dan intelektual tapi semua itu bukanlah halangan bagi kita untuk mencintai dan untuk dicintai," kata Wapres Argentina Gabriela sambil berbicara dari atas kursi rodanya dalam sambutan saat kunjungan kerja di Kementerian Sosial, Jakarta, Rabu.
Dia mengatakan di tengah menghadapi disabilitas dengan menggunakan kursi roda, dia belajar kemandirian untuk mampu berprestasi. Wapres Argentina Gabriela Michetti mengalami kecelakaan mobil pada tahun 1994 sehingga memaksanya duduk di kursi roda .
Dia mengatakan dalam menangani berbagai isu global termasuk perang, kelaparan dan kemiskinan, maka diperlukan cinta persaudaraan, solidaritas kebaikan, keagungan, dan kuncinya adalah jiwa dan roh yang sehat dan penuh semangat.
"Disabilitas itu bukan di kursi roda atau untuk orang yang berjalan dengan bantuan tongkat atau orang yang mengalami kebutaan atau orang yang perlu alat bantu dengar tapi ada di jiwa kita untuk terus belajar, untuk terus semangat bekerja, untuk menumbuhkan rasa persaudaraan dan solidaritas di antara kita semua," tuturnya.
Pada kecelakaan mobil pada 1994 tersebut, dia mengalami benturan pada tulang belakang sehingga menimbulkan kelumpuhan pada setengah badannya ke bawah untuk seumur hidup.
"Waktu itu untuk pertama kalinya dalam hidup saya, saya melihat wajah ayah saya begitu kaget, takut, khawatir, sedih tapi kemudian saya sampaikan kepada beliau, ayah jangan takut karena saya akan tetap bahagia walaupun ada di atas kursi roda," ujarnya.
Obsesi untuk bisa merawat anaknya yang berusia dua tahun saat itu menjadi kekuatan untuk bisa hidup mandiri, ditambah dukungan orang tua dan teman-teman sekitarnya.
"Perubahan ini sangat besar untuk saya karena saya harus belajar banyak hal lagi, belajar hal-hal baru, tapi yang saya inginkan sebetulnya adalah kemandirian karena pada saat itu yang ada di pikiran saya adalah bagaimana saya harus menjaga membesarkan anak saya yang berusia dua tahun, saya harus bisa memandikannya, harus bisa bercanda dengannya, bermain dengannya, memeluknya sehingga obsesi saya yang terbesar waktu itu adalah bisa bergerak secara mandiri dan menggunakan tubuh saya ini secara mandiri," ujarnya.
"Saya memang satu tahun pertama saya harus menjalani kehidupan di atas tempat tidur tapi setelah itu mulai melakukan hal-hal secara mandiri oleh diri saya sendiri dan yang dorongan terbesar adalah semangat dari diri saya, tapi juga bantuan dari keluarga yang tetap memperlakukan saya sebagai mana adanya seperti tanpa perbedaan sehingga saya bisa tetap menjadi diri saya sendiri," tuturnya.
Baca juga: Wapres Argentina memotivasi penyandang disabilitas Indonesia
Baca juga: Wapres JK terima kunjungan kehormatan Wapres Argentina
Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2019