Mengajak anak-anak menjalani ibadah puasa di bulan Ramadhan khususnya yang berada dan menetap di Inggris tidaklah mudah, perlu kesabaran dan juga pengertian agar sang buah hati mau melaksanakan ibadah puasa di tengah-tengah teman sekolahnya.
Apalagi puasa yang berlangsung di wilayah Eropa khususnya di Inggris berlangsung cukup lama ketimbang di Tanah Air yang dimulai dari pukul 03.30 pagi hingga waktu berbuka pada pukul 20.30, lebih panjang dari waktu di. Tanah Air yang hanya berlangsung sekitar 12 jam.
Mungkin banyak yang bertanya kenapa Cullen (14) tidak ikut makan siang pada saat jam istirahat seperti biasanya atau tidak membawa botol minuman yang disiapkan dari rumah.
“Saya merasa anxious saat Ramadan datang pada musim panas, khawatir sulit bangun untuk sahur, karena pendeknya waktu selesai Tarawih dengan waktu sahur. Mungkin saya bisa menjalani tanpa sahur, tetapi rasanya tidak tega untuk anak-anak menjalani puasa yang cukup panjang,” ujar ibu tiga anak usia sekolah, Dian Pangestuti Neilson, di London, Rabu.
Apalagi, ujar Dian, anak-anak masih minoritas di lingkungan sekolahnya, muslim tidak banyak. Sekolah Enfield Grammar adalah "Boys School" bisa jadi suatu tantangan yang tidak mudah saat Ramadhan.
Diakuinya menahan lapar dan haus nomor dua, karena berpuasa pada musim panas jam tidur sangat sedikit sekali, sehingga mereka cukup lelah di sekolah. Selain itu, juga waktu berbuka cukup panjang pada jam 20.30 malam.
"Alhamdulillah Ramadhan pada musim-musim panas lalu mereka menjalani dengan baik," ujar Dian.
Putra mereka yang tertua, Shaun kini sudah di universitas mungkin dia lebih mudah menjalaninya tahun ini karena dapat ekstra tidur pagi hari.
Ia pun mengenang pada pada saat istirahat makan siang, semua teman-temannya menikmati makan siang, sementara Shaun dan Cullen harus puasa. "Ingat dulu anak yang tertua pernah bercerita saat berpuasa sering tertidur di 'bench' ketika jam istirahat saat teman-temannya menikmati makan siangnya," ujar Dian mengenang saat itu.
Dian yang mempunyai tiga putra hasil pernikahannya dengan James itu, mengatakan bahwa putra kedua Cullen yang kini berusia 14 tahun, dan Ewan 11 tahun berdua siap menjalani puasa. "Saya tidak memaksa banyak yang bungsu karena dia belum balig, "Break your fast if you think you can’t do it, have some dates and water and if you can continue again until Maghreeb that would be really good," itu yang disarankan Dian kepada buah hatinya.
Cullen anak kedua cukup kuat, dia sudah mulai menjalani puasa sejak umur 7 tahun, dan musim panas sudah mulai saat itu, berpuasa hampir 19 jam. Semoga Allah memudahkan mereka menjalaninya karena memang sungguh tidak mudah di lingkungan sekolahnya.
Selain mendidik menjalani ibadah puasa, ketiga putranya juga belajar agama Islam khususnya membaca ayat suci Alquran. "Sebenarnya mulai punya guru privat semenjak berhenti di Arabic School yang mereka datangi hampir 4 tahun setiap Sabtu seharian," ujar Dian. Namun, di Arabic school mereka tidak belajar tajwid, akhirnya Dian mendatangkan guru agar ketiga anaknya belajar tajwid sebelum belajar bahasa Arab
Menjalani ibadah puasa di musim panas khususnya di Inggris memang memerlukan kesabaran, apalagi cuaca sering tidak menentu kadang hujan atau panas, dan itu tidak saja dirasakan bagi orang tua tetapi juga buah hati mereka.
Pewarta: Zeynita Gibbons
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2019