Riset tersebut, dikutip dari Reuters, bertujuan melihat bagaimana rumah tangga di AS membatasi game untuk anak-anak dan bagaimana alokasi keuangan mereka untuk layanan streaming.
Berdasarkan riset tersebut, orang dewasa di AS menghabiskan 43,4 miliar dolar pada 2018 untuk berlangganan konten, dibandingkan belanja aksesori dan perangkat keras.
Dana tersebut digunakan untuk membeli game antara lain "Call of Duty: Black Ops III", "Read Deas Redemption II" dan "NBA 2K19". Daftar langganan konten game play-to-play tersebut tidak memuat game gratis seperti "Fortnite".
"Game memegang peranan penting dalam budaya Amerika. Itu lah yang membuat game jadi bentuk utama hiburan," kata CEO ESA, Stanley Pierre-Louis.
65 persen orang dewasa di AS, atau lebih dari 164 juta orang, bermain game. Game terpopuler di sana bertema kasual, 60 persen bermain game di ponsel. Lainnya bermain di komputer dan konsol.
46 persen dari pemain game adalah perempuan, namun, selera game mereka berbeda dengan gamer laki-laki dan beragam, bergantung pada usia.
Gamer perempuan berusia 18-34 tahun menyukai "Candy Crush", "Assassin's Creed" dan "Tomb Raider" dan paling sering bermain di ponsel. Sementara laki-laki menyukai "God of War", "Madden NFL" dan "Fortnite".
Generasi X yang berusia 40-54 tahun menyukai game yang berbeda, "Tetris", "Pac-Man", "Call of Duty", "Forza" dan "NBA 2k".
Generasi Baby Boomer laki-laki usia 55-64 menyukai "Solitaire" dan "Scrabble", sementara yang perempuan "Mahjong" dan "Monopoly".
Meski pun gemar bermain game, orang dewasa yang sudah menjadi orang tua membatasi penggunaan gawai bagi anak-anak mereka. Mereka berpegang pada rating umur untuk memindai konten untuk anak, 87 persen orang tua mewajibkan anak mereka untuk meminta izin saat ingin membeli game.
Baca juga: Anak minta main PUBG? Begini caranya beri pemahaman
Baca juga: Bermain games saat berpuasa, batal, makruh atau haram?
Pewarta: Natisha Andarningtyas
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2019