"Kita sudah memberi informasi melalui lurah dan camat bahwa daerah mereka memiliki potensi itu. Mereka diharapkan mengantisipasinya biasanya dengan menanam pohon di daerah tebing, yang berpotensi terjadi longsor karena curah hujan yang tinggi," ujar Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pusat Data dan Informasi Kebencanaan BPBD DKI Jakarta, M. Ridwan di Jakarta, Jumat.
Sebelumnya, BPBD DKI mengeluarkan peringatan dini untuk mewaspadai potensi bencana akibat pergerakan tanah saat curah hujan meningkat di beberapa wilayah di Jakarta Selatan dan Jakarta Timur.
Adapun daerah yang menurut BPBD memiliki potensi bencana pergerakan tanah tingkat menengah adalah Cilandak, Jagakarsa, Kebayoran Baru, Kebayoran Lama, Mampang Prapatan, Pancoran, Pasar Minggu, dan Pesanggrahan di Jakarta Selatan sedangkan wilayah Jakarta Timur mencakup Kramat Jati dan Pasar Rebo.
Potensi pergerakan tanah itu dapat mengakibatkan tanah lereng bergerak dan longsor yang dapat menimbulkan korban jiwa dan materiel.
Namun, meski telah keluar imbauan akan potensi pergerakan tanah tingkat menengah, Ridwan yakin bahwa tingkat tersebut tidak akan naik ke level tinggi.
"Kalau menengah, Insyallah, tidak akan naik ke level tinggi. Tapi, walaupun menengah usaha mitigasi bencana tetap harus kami sampaikan kepada masyarakat," ujarnya.
Pada 2018, BPBD DKI mencatat terjadi 10 kejadian longsor yang mengakibatkan 32 orang mengungsi dan 6 rumah mengalami rusak berat. Bencana longsor paling parah di Jakarta pada 2018 yang melanda daerah Kalisari, Pasar Rebo, yang terjadi akibat hujan deras.
Pewarta: Prisca Triferna dan Taufik Ridwan
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2019