"Hari ini yang kami ajak adalah komunitas anak-anak, dan sekaligus hari ini peluncuran animasi Pulau Akko, yang di dalamnya ada tokoh-tokoh anak-anak binatang yang terbuat dari kertas, intinya adalah kita mau mengajak anak-anak itu untuk paham terhadap bagaimana mengolah sampah dengan baik," kata Direktur Jenderal Pengelolaan Sampah Limbah dan Bahan Berbahaya Beracun (B3) KLHK Rosa Vivien Ratnasari kepada wartawan di sela-sela peluncuran film animasi itu di KLHK, Jakarta, Jumat.
Vivien menuturkan film animasi menjadi sarana edukasi yang baik bagi anak-anak agar mereka memahami pentingnya pengelolaan sampah yang baik termasuk tidak membuang sampah sembarangan dan mengurangi sampah plastik. Dalam film animasi itu, ditampilkan karakter binatang monyet yang berperan sebagai Akko, kepiting dan maskot lain.
"Kami percaya bahwa salah satuk untuk pengelolaan sampah yang baik dan bisa optimal itu adalah aspek edukasi sehingga memang acara-acara seperti ini adalah memberikan edukasi dan wawasan kepada seluruh pihak untuk bisa mengelola sampah dengan baik," tuturnya.
Peluncuran film animasi Pulau Akko merupakan bagian dalam rangkaian Ramadhan Bersih yang dilaksanakan mulai 10 Mei-4 Juni 2019 dengan tema Kendalikan Sampah Plastik.
Di hadapan anak-anak SD Al Azhar Jakarta dan anak yatim piatu, Vivien menjelaskan bahwa sampah plastik yang dibuang ke lingkungan hanya akan mencemari lingkungan karena tidak bisa terurai di alam, dan butuh ratusan tahun untuk terurai.
Dia juga menginformasikan bahwa di Indonesia, ada sebanyak 93 juta sampah sedotan plastik yang dihasilkan setiap hari, dan itu akan berbahaya jika sampah plastik itu dibuang sembarangan ke lingkungan.
Dia berharap seluruh masyarakat Indonesia mengurangi penggunaan plastik sekali pakai dan melaksanakan pengelolaan sampah yang baik, melakukan prinsip 3R (reuse, reduce, dan recyle) yakni menggunakan kembali, mengurangi sampah dan mendaur ulang sampah.
Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2019