• Beranda
  • Berita
  • Menanti buka puasa sambil belajar agama di Masjid Sunda Kelapa

Menanti buka puasa sambil belajar agama di Masjid Sunda Kelapa

13 Mei 2019 13:08 WIB
Menanti buka puasa sambil belajar agama di Masjid Sunda Kelapa
Pengurus Paska Ahmad Izzuddin memberi pengarahan pada para peserta sebelum berbuka puasa di Masjid Agung Sunda Kelapa Menteng Jakarta Pusat, Minggu.(12/5/2019). (ANTARA/Abdu Faisal)
Anak-anak yatim dan duafa mendapat kesempatan untuk memperdalam ilmu agama dalam pesantren kilat Ramadhan yang berlangsung di Masjid Agung Sunda Kelapa Jakarta selama 12-25 Mei mulai pukul 13.00 WIB sampai waktu berbuka puasa tiba.   

"Kita mulai program hari ini, jumlah peserta ada 200 anak dari yatim dan kaum duafa. Mereka kita bina dalam pesantren kilat Ramadan selama 14 hari," kata Ahmad Izzuddin, pengurus program pembinaan anak asuh Masjid Agung Sunda Kelapa (Paska), Minggu (12/5).

Izzuddin mengatakan 60 persen materi belajar dalam Paska mengenai Al Quran, dan sisanya mencakup ilmu fiqih, tauhid, tarikh, aqidah, dan akhlak. Pelajaran disampaikan oleh 20 pengajar.

Program belajar yang berlangsung 14 hari itu, menurut dia, khusus menyasar anak-anak usia 9-14 tahun yang orang tuanya sudah meninggal dunia dan masuk kategori miskin menurut pemerintah, dibuktikan dengan surat keterangan tidak mampu (SKTM) dari kelurahan.

"Ada survei juga dari tim kita ke rumah pendaftar sebagai ikhtiar agar programnya tepat sasaran," kata Izzuddin.

Setelah mengikuti program itu, peserta akan mendapat semacam rapor.

"Seperti rapor sekolah, tapi bentuknya lembaran. Kita bagikan nanti setelah 14 hari selesai dilaksanakan," kata Ketua Pengurus Paska dan Panitia Ramadan, Ahmad Sa'id.

Izzuddin menjelaskan program yang sudah dilaksanakan sejak tahun 1995 itu berawal dari keprihatinan pengurus masjid pada minimnya akses pendidikan agama bagi anak jalanan. Seiring dengan perkembangan waktu, target program bergeser ke anak-anak yatim dan kurang mampu dalam arti luas, bukan hanya yang tinggal di jalanan.

Peserta program belajar itu tidak dikenai biaya. Pengurus masjid menyelenggarakan program menggunakan dana dari kas masjid dan sumbangan dari jamaah masjid.

Anak Misriyah (37) merupakan salah satu peserta program belajar yang diharapkan bisa membantu mengurangi jumlah anak yang tidak bisa membaca Al Quran itu.

"Dia yang minta sendiri setelah lihat selebaran di tembok dekat rumah," katanya.

Warga Menteng Tenggulun itu senang anaknya bisa ikut belajar membaca Al Quran dan ilmu agama yang lain dalam program tersebut.

Baca juga:
Ngabuburit sambil belajar sejarah Lawang Sewu
Seratusan seniman ngabuburit dengan melukis kaligrafi Arab

 

Pewarta: Virna P Setyorini/Abdu Faisal
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2019