• Beranda
  • Berita
  • Pemindai panas diaktifkan di Bandara Pekanbaru deteksi cacar monyet

Pemindai panas diaktifkan di Bandara Pekanbaru deteksi cacar monyet

13 Mei 2019 14:47 WIB
Pemindai panas diaktifkan di Bandara Pekanbaru deteksi cacar monyet
Imbauan Kementerian Luar Negeri terkait kasus cacar monyet di Singapura melalui situs safetravel.id.

Otoritas Bandara Sultan Syarif Kasim II di Kota Pekanbaru, Riau, menyatakan alat pemindai panas sudah diaktifkan untuk memantau penumpang dari Singapura yang berpotensi terjangkit virus cacar monyet.

Executive General Manager Bandara Sultan Syarif Kasim II (SSK II), Jaya Tahoma Sirait, di Pekanbaru, Senin, mengatakan piranti pemindai panas tubuh (thermal scanner) itu ditempatkan di terminal kedatangan internasional.

Pengoperasiannya dilakukan oleh Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) yang ada di Bandara SSK II. “KKP melaksanakan pengawasan penumpang yang datang dari Singapura dan mengoperasikan pemindai panas,” katanya.

Sebelumnya, Dinas Kesehatan Provinsi Riau menginstruksikan pengawasan di pelabuhan dan bandara diperketat terutama di rute Singapura dan Batam untuk mencegah penularan virus cacar monyet (monkeypox).

“Dinas kesehatan telah meminta Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan di Pekanbaru untuk memantau dan pengawasan terhadap penumpang pesawat yang berasal dari Singapura dan penumpang yang berasal dari Batam, karena banyaknya masyarakat Riau yang berpergian ke Singapura melalui Batam,” kata Kepal Dinas Kesehatan Provinsi Riau, Mimi Nazir, di Pekanbaru, Senin.

Ia mengatakan begitu juga pengawasan di pelabuhan laut karena Provinsi Riau juga mempunyai jalur masuk dari Batam.

Mimi mengatakan hingga kini bisa dipastikan Riau bersih dari penyakit tersebut. Namun, instansi terkait harus tetap waspada melakukan pengawasan dan pencegahan.

“Sampai sejauh ini belum ada informasi adanya kasus cacar monyet di Riau, namun tetap waspada sehubungan adanya penerbangan langsung Singapura ke Pekanbaru,” katanya.

Cacar monyet pertama kalinya muncul di Singapura yang virusnya menginfeksi seorang pria asal Nigeria pada April lalu. Sebelum tiba di Singapura, pria itu dikabarkan menghadiri pernikahan di Nigeria dan bisa jadi makan daging liar yang menjadi sumber transmisi virus. Daging yang dimaksud bisa jadi simpanse, gorila, kijang, burung, atau hewan pengerat.

Virus cacar monyet menular ke orang lain melalui kontak langsung. Masa inkubasi 5-7 hari baru terlihat gejalanya. Gejala cacar monyet sama dengan cacar lainnya, antara lain demam dan gangguan pernafasan.*


Baca juga: Riau perketat pengawasan cegah penularan cacar monyet

Baca juga: Kemlu keluarkan imbauan kepada WNI terkait cacar monyet di Singapura


 

Pewarta: FB Anggoro
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019