• Beranda
  • Berita
  • Mie Caluk Aceh sajian khas berselera pada Ramadhan

Mie Caluk Aceh sajian khas berselera pada Ramadhan

13 Mei 2019 16:32 WIB
Mie Caluk Aceh sajian khas berselera pada Ramadhan
Seorang pedagang Mie Caluk, di Cunda, Lhokseumawe, Aceh, sedang menjajakan dangangannya kepada warga yang melintas mencari makanan berbuka puasa, Senin (13/5/2019). (ANTARA/ Mukhlis)
Aceh dikenal memiliki ragam makanan yang memiliki citarasa khas tersendiri di persada nusantara. Pada momen-momen tertentu, beragam makanan khas yang ada dan berkembang di dalam masyarakat bermunculan di pasar kuliner Ramadhan. Salah satunya adalah Mie Caluk.

Mie Caluk sangat dikenal di Aceh, meski tidak disematkan nama seperti Mie Aceh, sebagaimana yang dikenal oleh masyarakat di luar Aceh akan rasanya yang gurih dengan panduan bumbu yang khas ala Tanoh Rencong, Mie Caluk juga tak kalah enaknya serta selalu hadir menemani saat berbuka puasa masyarakat di ujung pulau Sumatera tersebut.

Mie Caluk, dapat dikatakan jenis makanan yang sangat merakyat dan harganya juga murah dengan citarasa yang khas. Tampilannya yang sederhana tidak bisa dianggap remeh, karena mampu menawarkan sensasi rasa yang tak bisa dilupakan.

Taburan bumbu kacang ataupun kuah di atasnya, ditambah siraman bumbu cabai merah, memberi rasa yang berbeda, namun terasa nikmat saat lidah bergoyang menikmati rasa bumbu khas dengan aroma jeruk purut pada bumbu kacang atau rasa gurih dengan kuah memakai kuah sayur.

Penasaran bagaimana Mie Caluk tersebut? Mie Caluk memang makanan yang berbentuk mie, yakni adonan tepung yang berbentuk kecil panjang. Namun, untuk Mie Caluk ini, yang dipakai adalah jenis mie lidi (mie yang berbentuk lidi dan direbus terlebih dahulu sebelum digunakan). Kemudian dicampur dengan racikan bumbu dari berbagai bahan alami dan diaduk pelan-pelan di dalam wajan sampai matang, dengan api kecil hingga bahan mie dan bumbu benar-benar menyatu dalam satu rasa. Setelah matang, Mie Caluk sudah dapat dikonsumsi.

Untuk menikmati Mie Caluk ini secara sempurna, tinggal menginginkan bagaimana varian rasa yang diinginkan. Apakah dengan memakai bumbu kacang atau memakai kuah sayur, semua tergantung selera.

Bukan hanya itu, akan lebih sempurna lagi menikmati Mie Caluk ini adalah ada taburan remahan kerupuk di atasnya, sehingga semakin nikmat saat dinikmati di lidah karena perpaduan rasa bumbunya.

Kembali ke bulan Ramadhan dan Mie Caluk. Sebagaimana disebutkan di atas, bahwa Mie Caluk selalu hadir ikut meramaikan aneka kuliner Ramadhan di Aceh diantara beragam menu makanan lainnya.


Tak mangkir

Di semua tempat, terutama di wilayah pesisir utara dan timur Aceh, Mie Caluk ini menjadi makanan favorit. Di Kota Lhokseumawe, di semua tempat jajanan makanan berbuka puasa, Mie Caluk tak pernah mangkir.

Seperti diungkapkan oleh Ibu Murni (46) salah seorang penjual Mie Caluk dibalik pagar Masjid Cunda, yang menyebutkan bahwa saban hari Mie Caluknya habis terjual. Apalagi di bulan Ramadhan, tingkat permintaan lebih tinggi bila dibandingkan hari-hari biasanya.

“Pada hari biasa saya juga berjualan Mie Caluk, namun pada bulan Ramadhan seperti sekarang ini, jumlah mie yang laku terjual lebih banyak jika dibandingkan dengan hari-hari biasanya," ungkap wanita yang berjualan di arena kuliner Ramadhan pagar Masjid Cunda.

Sebagaimana dikatakan olehnya, pembuatan Mie Caluk sangat gampang dan tidak susah seperti yang dibayangkan, hanya saja setiap pedagang memiliki resep andalan masing-masing. Sehingga antara satu penjual dengan penjual lainnya berbeda rasa, meski sama-sama berlabel Mie Caluk.

“Mie Caluk yang saya jual, ada yang memakai bumbu kacang dan ada juga yang memakai kuah sayur. Namun, untuk menghasilkan rasa yang enak, tentu ada campuran bahan-bahan rempah dan komposisi bumbu yang tepat agar rasanya enak,” kata penjual Mie Caluk itu lagi.

Sedangkan mengenai harga Mie Caluk tak jadi soal, selain tak perlu merogoh kocek yang dalam, satu porsi Mie Caluk lengkap dengan kuah dan kerupuk bisa didapatkan dengan harga Rp5000. Tentu saja sangat murah bila dibandingkan dengan rasa lezatnya.

“Umumnya, pada bulan Ramadhan seperti ini, rata-rata dijual dengan harga Rp5.000 per bungkus Mie Caluk yang setara dengan satu piring makan. Sedangkan pada hari-hari biasa, umumnya dijual Rp3.000 per bungkus atau sepiring kecil,” katanya lagi.

Sebagaimana disebutkan, bahwa Mie Caluk ini sangat populer di sepanjang pesisir pantai utara dan timur Aceh. Dari beberapa sumber, menyebutkan bahwa Mie Caluk ini sangat dikenal di kalangan masyarakat di daerah Kabupaten Pidie, Pidie Jaya hingga ke Biruen dan Aceh Utara serta beberapa daerah lainnya di Porvinsi Aceh.

Jika berkunjung ke Aceh, rasanya tidak lengkap apabila belum menikmati Mie Caluk, apalagi di bulan Ramadhan di samping beragam kuliner tradisional Tanah Rencong yang kaya rasa lainnya.


Mie Aceh

​Aceh memang punya beragam kuliner yang khas seperti ayam tangkap, kopi aceh, kuah pliekkuah asam keueung atau mie Aceh.

Sementara Mie Aceh kaya akan bumbu dan rempah-rempah, mie ini pula yang menjadi salah satu alasan mengapa orang Aceh suka berkumpul dan mengudap makanan khas ini.

Dalam buku-buku sejarah Aceh, tak ditemukan asal mulanya Mie Aceh. Konon Mie Aceh berasal dari China. Aceh dan China memiliki hubungan sejarah sejak abad 13 Masehi. Mie yang berasal dari China lalu diolah dengan cita rasa Aceh. 

Sebelum 2000, istilah mie Aceh belum begitu dikenal. Yang ada hanyalah mie teupong yang dalam bahasa Aceh berarti mie tepung. Seiring berjalan waktu, sebutan Mie Aceh kian dikenal penikmat wisata kuliner. Kedatangan para pelancong baik domestik maupun internasional turut andil dalam mempromosikan Mie Aceh. ​​​​​​*


Baca juga: Mie aceh populer di Qatar

Baca juga: Mudik sembari berwisata kuliner di Sumatera


 

Pewarta: Mukhlis
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019