"Pusat penelitian penangkaran rusa tersebut merupakan kegiatan yang dapat dicontoh bahwa pengelolaan secara kolaborasi dapat mendukung peningkatan keanekaragaman hayati dan peningkatan ekonomi masyarakat," kata Kepala BTNGR, Sudiyono, di Mataram, Selasa.
Ia mengatakan penangkaran rusa timor sebagai implementasi dari kebijakan nasional yang dijalankan untuk menjaga keanekaragaman hayati.
Salah satu target peningkatan populasi spesies terancam punah pada rencana kerja Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) terhadap 25 spesies prioritas adalah sebesar 10 persen selama 5 tahun.
Sebanyak dua spesies terancam punah yang terdapat di kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani adalah elang flores dan celepuk rinjani. Pada 2018, terdata peningkatan jumlah populasi pada kedua jenis satwa tersebut.
Terkait dengan rusa timor, lanjut Sudiyono, telah diatur dalam Permen LHK Nomor 106 tahun 2018, bahwa satwa tersebut masuk ke dalam fauna yang dilindungi.
"Akan tetapi dapat dimanfaatkan secara terbatas, contohnya adalah penangkaran sebagai bagian dari pemberdayaan masyarakat," ujarnya.
Menurut dia, kegiatan pemberdayaan secara berkolaborasi antara BTNGR, Fakultas Peternakan Unram, pemerintah daerah bersama masyarakat sebagai upaya pemerintah merangkul masyarakat yang hidup di sekitar kawasan hutan, terutama hutan konservasi.
Tujuannya adalah agar dapat meningkatkan perekonomian masyarakat tanpa merusak kawasan hutan. Dengan kebijakan tersebut diharapkan tekanan terhadap kawasan dapat berkurang, khususnya terhadap perburuan rusa timor yang masuk kategori terancam punah.
"Isu ancaman yang saat ini berkembang dalam pengelolaan kawasan konservasi adalah menurunnya keanekaragaman hayati. Salah satu penyebab adalah gangguan dari masyarakat sekitar kawasan," ujar Sudiyono.
Sudiyono menyebutkan dalam program penangkaran, pihaknya telah menyiapkan kandang penangkaran seluas 1000 meter persegi yang dibangun di Dusun Jurang Koak, Desa Bebidas, Kecamatan Suela, Kabupaten Lombok Timur.
Untuk tahap awal, kata dia, jumlah rusa timor yang dipelihara di kandang penangkaran sebanyak tujuh ekor sebagai tahap pembelajaran kelompok masyarakat. Proses pemeliharaan akan didampingi oleh pakar rusa dari Fakultas Peternakan Unram.
"Belum berani banyak-banyak dulu karena pengetahuan masyarakat tentang penangkaran masih kurang, takutnya bisa mati, tidak baik juga," ucap Sudiyono.
Pewarta: Awaludin
Editor: Masnun
Copyright © ANTARA 2019