Priyono mengatakan kondisi pendidikan di beberapa daerah tertinggal khususnya yang terletak di perbatasan Indonesia memerlukan perhatian khusus, karena mutu pelayanan pendidikan rendah, angka putus sekolah tinggi, sarana prasarana yang belum memadai dan minim pengajar.
"Oleh sebab itu upaya percepatan pendidikan di daerah tertinggal harus melalui pendekatan teknologi," kata Priyono.
Teknologi diharap mampu menyelesaikan beberapa masalah yang dihadapi daerah tertinggal seperti kekurangan guru.
Kemendes PDTT pun bekerja sama dengan perusahaan edukasi digital Zenius Education untuk mengembangkan pendidikan berbasis teknologi di daerah tertinggal.
Dalam proyek percontohan, sekolah-sekolah terpilih akan dipasangkan server Zenius Prestasi yang bisa diakses tanpa menggunakan internet.
Di dalamnya terdapat soal-soal dan materi pelajaran. Saat ini proyek tersebut dilakukan di Sambas untuk siswa kelas 6 dan 9.
"Di daerah tertinggal sudah banyak masyarakat menggunakan telepon pintar, namun tidak semua tempat dapat mengakses internet," kata dia.
Dengan server tersebut maka satu guru dapat mengajar beberapa kelas.
Direktur Perencanaan dan Identifikasi Daerah Tertinggal Rafdinal mengatakan desa tertinggal bisa menggunakan dana desa untuk operasional sekolah.
"Seandainya di sana kurang guru, maka memungkinkan mereka membeli server zenius dengan dana desa asalkan ada musyawarah dengan pemangku kepentingan desa," kata dia.*
Baca juga: ITB-Tshinghua segera wujudkan Taman Teknologi Pulau Penyu
Baca juga: Optimalkan penerapan teknologi di sektor pendidikan
Pewarta: Aubrey Kandelila Fanani
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019