Fakta bahwa ratusan ribu tiket terjual, membuktikan ada animo besar menyaksikan sepak bola wanita, bahkan ada hasrat yang jauh lebih besar lagi dari kalangan penggemar dan pemain untuk melakukan perubahan cepat yang FIFA sendiri sulit melakukannya.
Piala Dunia 2019 memberi kesempatan kepada FIFA untuk menunjukkan kepada dunia bahwa mereka memperhatikan sungguh-sungguh perempuan.
Sejak lama dikritik karena olah raga ini kurang ramah kepada perempuan, FIFA membentuk Divisi Sepak Bola Wanita pada 2016 yang di dalamnya berisi tiga strategi dalam memajukan sepak bola wanita dan mempersempit kesenjangan dengan putra.
"Kami menanti membangun jumlah pemirsa yang akan menonton Piala Dunia Putri FIFA. Pada 2015, 750 juta orang menontoninya dan musim panas ini kami ingin angka itu naik menjadi 1 miliar," kata seorang juru bicara FIFA.
FIFA mengharapkan eksposur tambahan akan menarik penggemar baru kepada olah raga yang kebanyakan masih amatir dengan hanya segelintir pemain top yang digaji dari sepak bola.
Diluncurkan pada Oktober 2018, strategi FIFA fokus kepada tiga pilar --mengembangkan olah raga ini, menaikkan nilai komersial dan memperkuat fondasi sepak bola wanita.
"Sepak bola wanita adalah prioritas puncak FIFA," kata Sekretaris Jenderal FIFA Fatma Samoura seperti dikutip Reuters.
Hadiah uang
Masalah pelik hadiah uang untuk Piala Dunia Wanita telah diatasi, tetapi ternyata masih menyisakan masalah. Hadiahnya telah digandakan menjadi 30 juta dolar AS di mana setiap asosiasi dan klub akan diuntungkan oleh tunai ekstra, tetapi para pengkritik menyoroti kesenjangan finansial antara turnamen wanita dan turnamen pria yang masih sangat lebar.
Hadiah untuk Piala Dunia Rusia tahun lalu mencapai 448 juta dolar AS atau 400 juta euro di mana Prancis mendapatkan bagian 38 juta euro yang jauh lebih besar dibandingkan dengan total hadiah uang untuk turnamen wanita tahun ini.
Kenyataan itu mendorong serikat pesepakbola dunia FIFPro merilis pernyataan bahwa "sepak bola masih jauh dari tujuan kesetaraan untuk semua pemain Piala Dunia apa pun gendernya."
Presiden FIFA Gianni Infantino menerima kritik itu dengan menyatakan "momen-momen kritis benar adanya, mengingat upaya serikat dan pemain membela kepentingannya adalah titik yang adil."
FIFA berencana menyusun platform untuk diskusi sehat mengenai Konvensi Sepak Bola Global yang baru dibuat, yang akan diadakan pada 6 dan 7 Juni di Paris sebelum turnamen wanita digelar.
"Akan diundang para pemimpin olah raga dan politik untuk bersama membahas keragaman dan kesetaraan lebih jauh lagi, baik di dalam maupun di luar lapangan," kata Samoura.
Tantangan utama yang dihadapi FIFA adalah segera menutup kesenjangan dalam kesetaraan gender karena mengembangkan pertandingan dalam cara yang berkelanjutan dan Piala Dunia yang sukses di Prancis akan tumbuh berbarengan dengan membangun dukungan internal dan eksternal yang penting untuk dilakukan, demikian Reuters.
Baca juga: Mengenal Amandine Henry pemimpin Prancis di Piala Dunia
Pewarta: Jafar M Sidik
Editor: Irwan Suhirwandi
Copyright © ANTARA 2019