Kebijakan ini tidak hanya kami terapkan di Sumsel melainkan juga di seluruh lokasi usaha kami baik di Kalimantan dan Sulawesi
Salah satu perusahaan perkebunan sawit yang beroperasi di Sumatera Selatan, PT Minamas Plantation mempersiapkan strategi untuk mencegah kebakaran hutan dan lahan selama kemarau.
CEO Region Minamas Plantation Kenneth Shreedharan di Palembang, Kamis, mengatakan, salah satunya yakni tidak memperkenankan cara bakar untuk membuka lahan baru.
“Kebijakan ini tidak hanya kami terapkan di Sumsel melainkan juga di seluruh lokasi usaha kami baik di Kalimantan dan Sulawesi,” kata dia.
Kenneth menjelaskan melalui komitmen zero burning, perusahaan berupaya menanggulangi kebakaran dengan membangun 72 menara api yang tersebar di seluruh perkebunan Minamas. Adapun ketinggian menara api tersebut mencapai hingga 15 meter.
Ia menambahkan perusahaannya juga memasang fire index berupa papan pengumuman di sekitar wilayah operasi perkebunan.
“Perusahaan ingin memastikan bahwa semua karyawan selalu waspada terhadap risiko terjadinya kebakaran lahan,” kata dia.
Sejauh ini, Minamas memiliki 8 kebun yang ada di Kabupaten Musi Banyuasin, Sumsel, dari total 69 kebun yang dikelola perusahaan di Tanah Air. Total produksi dari seluruh perkebunan Minamas di 8 provinsi tercatat sebanyak 1,71 metrik ton tandan buah segar (TBS) atau sebanyak 360.823 metrik ton minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO).
Kenneth menjelaskan setiap perkebunan melengkapai alat pemadam kebakaran di seluruh unit usaha yang dipersyaratkan pemerintah.
Bahkan, perusahaan juga bekerja sama dengan pemerintah lokal untuk memberikan pelatihan kepada masyarakat melalui masyarakat peduli api (MPA). Saat ini sudah ada 10 anggota MPA yang kami fasilitasi.
Sebelumnya, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika atau BMKG menganalisa bahwa wilayah Sumatera Selatan sudah masuk musim kemarau yang ditandai aktifnya Angin Muson Timur.
Kepala Seksi Observasi dan Informasi BMKG Bandara SMB II Palembang, Bambang Beni Setiadji, mengatakan BMKG mengimbau agar masyarakat tidak melakukan pembakaran lahan.
“Sebaiknya masyarakat waspada untuk tidak melakukan pembakaran lahan, meminimalkan aktifitas di luar ruangan pada siang hari dan menkonsumsi air minum yang cukup untuk menghindari dehidrasi,” kata dia.
Indikator kemarau terlihat dari arah angin permukaan yang terjadi umumnya dari tenggara, minimnya pasokan uap air dan kecepatan angin lapisan atas yang tinggi sehingga menghambat pertumbuhan awan.
Pewarta: Dolly Rosana
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2019