Meskipun tidak meninggalkan penelitian untuk pada akhirnya mengobati pasien, proyek "anti-evolusi" tersebut akan memusatkan kembali perhatian pada mengubah kanker menjadi penyakit yang bisa dikendalikan dengan obat selama bertahun-tahun.
Itu akan menjadi agak mirip HIV, virus yang mengakibatkan AIDS, kata beberapa ilmuwan kepada wartawan dalam satu taklimat.
"Kemampuan kanker untuk menyesuaikan diri, berkembang dan menjadi kebal obat adalah penyebab utama banyak kematian akibat penyakit itu dan tantangan terbesar yang kita hadapi dalam mengatasinya," kata Paul Workman, Kepala Pelaksana Institute of Cancer Research (ICR), lembaga penelitian dan amal yang berpusat di Inggris dan akan memimpin lembaga bagi Centre for Cancer Drug Discovery.
Pusat itu, yang didanai sebesar 96,5 juta dolar AS dari ICR, akan "berusaha mengatasi tantangan evolusi kanker ke depan," kata Workman, "dengan menghalangi proses perkembangannya".
Tim di pusat baru tersebut mula-mula akan memusatkan perhatian pada dua jalur yang mungkin untuk melakukan itu, kata Reuters --yang dipantau Antara di Jakarta, Kamis siang.
Yang pertama, yang dikenal sebagai "penggembalaan evolusi", melibatkan pemilihan pengobatan khusus awal yang memaksa sel kanker menyesuaikan diri dengan cara membuat sel itu sangat bisa dimasuki untuk obat kedua, atau mendesak sel ke ujung kematian evolusi.
Yang kedua akan mengeksplorasi klas obat baru yang mungkin untuk menyerang kemampuan kanker untuk berkembang dan menjadi kebal obat. Obat yang berpotensi itu akan dirancang untuk menghalangi tindakan molekul yang dinamakan protein APOBEC, yang ditemukan pada sistem kekebalan tubuh.
Para peneliti berharap kelas baru inhibitor APOBEC dapat dikembangkan dan diberikan bersamaan dengan pengobatan kanker yang terarah untuk berusaha dan mempertahankan kanker tetap di tempat dalam waktu yang jauh lebih lama.
Terapi gabungan dengan menggunakan pengobatan saat ini dan baru juga akan dikaji, kata Workman.
Olivia Rossanese, seorang ahli dalam temuan obat kanker yang akan memimpin tim biologi pusat baru tersebut, mengatakan gagasannya ialah untuk membuat pusat keahlian global dalam pengobatan anti-evolusi sehingga para ilmuwan bisa "menghentikan permainan berlomba" melawan kanker.
"Pendekatan Dariwinian bagi temuan obat ini memberi kami kesempatan terbaik untuk mengalahkan kanker," kata wanita ilmuwan tersebut, "sebab kami akan bisa memperkirakan apa yang akan dilakukan kanker selanjutnya dan berada selangkah lebih dulu."
Baca juga: Dampak buruk pasien kanker memaksakan diri berpuasa
Sumber: Reuters
Pewarta: Chaidar Abdullah
Editor: Mohamad Anthoni
Copyright © ANTARA 2019