"Ini hasil riset di bidang katalis, bagaimana katalis ini bisa melakukan processing (pemrosesan) terhadap bahan bakar, baik yang dari (minyak) fosil maupun yang dari palm oil (minyak kelapa sawit)," katanya.
Katalis Merah Putih merupakan hasil riset Institut Teknologi Bandung dengan PT Pertamina yang didanai oleh Direktorat Penguatan Inovasi Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi sejak 2017.
Pada tahap pengujian katalis, Pertamina mampu menghasilkan 12 ribu barel diesel nabati per hari yang pembuatannya membutuhkan bahan baku 10 persen minyak kelapa sawit atau 1.200 barel minyak sawit dan 90 persen minyak fosil.
Dari segi kualitas, Nasir mengatakan, diesel nabati memiliki angka setana 58, artinya kualitasnya lebih baik daripada diesel dari minyak fosil murni yang angka setananya 51.
"Jauh lebih sempurna pembakarannya," katanya.
General Manager Pertamina RU II Dumai Nandang Kurnaedi mengatakan untuk sementara Katalis Merah Putih masih dalam tahap uji coba 12 persen minyak sawit untuk pembuatan diesel nabati.
Nandang optimistis teknologi ini bisa menjadi salah satu jalan untuk membantu Indonesia menuju swasembada energi.
Namun demikian, dia mengatakan, pengembangan riset tersebut menghadapi hambatan.
"Untuk kebutuhan pengembangan lebih lanjut, masih ada keterbatasan penyimpanan RPDPO, untuk konsumsi hidrogen juga harus kami siapkan dengan baik," kata Nanang.
Pewarta: Anita Permata Dewi
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2019