• Beranda
  • Berita
  • Pemerintah terus ikuti perkembangan kasus cacar monyet di Singapura

Pemerintah terus ikuti perkembangan kasus cacar monyet di Singapura

16 Mei 2019 19:25 WIB
Pemerintah terus ikuti perkembangan kasus cacar monyet di Singapura
Juru Bicara Kemlu RI Arrmanatha Nasir menyampaikan press briefing di Jakarta, Kamis (16/5/2019). (ANTARA News/Yashinta Difa)
Pemerintah Indonesia terus mengikuti perkembangan kasus cacar monyet (monkeypox) di Singapura, yang terungkap setelah seorang pria Nigeria dinyatakan terjangkit virus tersebut.

"Kami terus mengikuti situasi yang berkembang di Singapura, dan saat ini Kementerian Kesehatan RI telah mengambil berbagai langkah yang sesuai dengan aturan WHO," ujar Juru Bicara Kementerian Luar Negeri RI Arrmanatha Nasir dalam press briefing di Jakarta, Kamis.

Kasus pertama cacar monyet di Singapura diumumkan otoritas setempat 9 Mei lalu, setelah seorang warga Nigeria dinyatakan mengidap virus yang diduga berasal dari daging satwa liar yang sempat ia konsumsi di sebuah resepsi pernikahan di Nigeria, sebelum memasuki Singapura pada 28 April 2019.

Daging satwa liar merupakan salah satu sumber penularan virus cacar monyet.

Pria berusia 38 tahun itu dirawat di bangsal isolasi di Pusat Nasional untuk Penyakit Menular Singapura, dan dilaporkan "pulih dengan baik dan dalam kondisi stabil".

Selain warga Nigeria, Departemen Kesehatan Singapura telah mengidentifikasi 23 orang sebagai kontak dekat pasien, di mana 22 orang diantaranya telah dikarantina sedangkan seorang lainnya meninggalkan Singapura sebelum didiagnosis.

Mereka yang dikarantina termasuk lima warga Singapura, serta warga negara Inggris, India, Irlandia, Malaysia, Nigeria, dan Vietnam, demikian dilaporkan Channel News Asia.

Sementara itu, Kemenkes RI menyatakan hingga Rabu (15/5) belum ditemukan kasus cacar monyet di Indonesia.

Kemenkes juga telah mengeluarkan edaran untuk seluruh pos kesehatan di Tanah Air, termasuk di pelabuhan-pelabuhan dan wilayah perbatasan untuk mengantisipasi penyebaran virus ini.

Bahkan sejumlah bandara di Indonesia, di antaranya di Solo, Surabaya, Yogyakarta, Bali, Medan, Palembang, dan Pekanbaru telah memasang alat pemantau suhu tubuh (thermal scanner) untuk mengidentifikasi penumpang pesawat udara yang menunjukkan gejala cacar monyet.

Cacar monyet adalah penyakit akibat virus yang ditularkan melalui binatang (zoonosis). Penularan dapat terjadi melalui kontak dengan darah, cairan tubuh, atau lesi pada kulit atau mukosa dari binatang yang tertular virus.

Penularan pada manusia terjadi karena kontak dengan monyet, tikus gambia dan tupai, atau mengonsumsi daging binatang yang sudah terkontaminasi. Inang utama dari virus ini adalah rodent (tikus). Penularan dari manusia ke manusia sangat jarang.

Wilayah terjangkit monkeypox secara global yaitu Afrika Tengah dan Barat seperti Republik Demokratik Kongo, Republik Kongo, Kamerun, Republik Afrika Tengah, Nigeria, Ivory Coast, Liberia, Sierra Leone, Gabon dan Sudan Selatan.  
Baca juga: Dinkes Kepri belum temukan orang menderita cacar monyet
Baca juga: Warga Depok diminta waspada penyakit 'monkeypox'
Baca juga: Dinkes Jatim lakukan pengawasan di Juanda cegah penyakit cacar monyet
Baca juga: Bandara Adi Soemarmo antisipasi virus cacar monyet

 

Pewarta: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Maria D Andriana
Copyright © ANTARA 2019