Dalam pindapata tersebut, umat Buddha berjajar di sekitar Candi Mendut dan para biksu berjalan membawa wadah untuk menerima sumbangan dari umat.
Seorang umat Buddha yang juga warga Cirebon, Candra Wijaya (46), menuturkan pindapata itu memberikan persembahan kepada biksu.
"Kita memberikan dana atau makanan kepada biksu, diberikan kepada biksu sebagai ucapan terima kasih karena mereka merupakan guru kita. Dalam pindapata ini saya memberikan uang karena praktis," katanya.
Pria yang baru pertama kali mengikuti prosesi Waisak di Candi Mendut dan Candi Borobudur itu, mengatakan perayaan Waisak di tempat itu cukup meriah.
"Biasanya saya mengikuti perayaan Waisak di wihara di Cirebon dan tidak semeriah ini, biksu atau bantenya tidak sebanyak di sini. Kalau di Cirebon hanya sekitar 20-an biksu, kalau di sini ratusan," katanya.
Koordinator Dewan Sangha Perwakilan Umat Buddha Indonesia (Walubi) Biksu Tadisa Paramita Mahasthavira mengatakan pindapata merupakan tradisi dari Sang Buddha.
Tradisi pindapata, ujar dia, untuk mengalahkan ego yang sombong, supaya mereka hidup dengan dana makanan dari umat.
Melalui prosesi pindpata itu, kata dia, para biksu atau bante melatih diri, sedangkan umat memiliki kesempatan untuk menanam pahala dari ladang subur pindapata tersebut.
Pada Hari Tri Suci Waisak, umat Buddha merayakan tiga peristiwa besar dalam ajaran Buddha, yakni kelahiran Sidarta Gautama, Sidarta memperoleh penerangan sempurna sebagai Sang Buddha, dan Sang Buddha Gautama mangkat.
Pewarta: Heru Suyitno
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2019