• Beranda
  • Berita
  • Candi Muaro Jambi dan janji-janji pengembangannya

Candi Muaro Jambi dan janji-janji pengembangannya

19 Mei 2019 14:42 WIB
Candi Muaro Jambi dan janji-janji pengembangannya
Mahasiswa Unja tuntut janji pemerintah yang akan kembangkan Candi Muaro Jambi sebagai salah satu situs peninggalan dunia. (Antara/Muhammad Hanapi).
Mahasiswa Universitas Negeri Jambi (Unja) menuntut janji pemerintah Provinsi Jambi terkait pengembangan Candi Muaro Jambi yang masuk dalam janji politik “Jambi Tuntas” yang akan dikembangkan ke tingkat internasional yang sampai saat ini belum juga terwujud.

Candi Muaro Jambi yang menjadi ikon pariwisata daerah itu sudah 10 tahun masuk dalam Tentative List Situs Warisan Dunia UNESCO sejak diajukan pada 6 Oktober 2009, namun sampai saat ini pengembangannya cenderung “mangkrak”.

Mahasiswa Prodi Arkeologi Fakultas Ilmu Budaya Unja lakukan diskusi publik dengan sejumlah narasumber membahas nasib Candi Muaro Jambi tersebut.

Hadir dalam acara tersebut Dosen Hukum Internasional Fakultas Hukum Unja Mochammad Farisi yang membahas perlindungan internasional World Heritage Site, Ketua Prodi Arkelogi FIB Unja Asyhadi Mufsi Sadzzli yang menjelaskan Justification of Outstanding Universal Value (OUV) Candi Muaro Jambi, serta Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Prov. Jambi Ujang Hariadi yang menjelaskan manajemen pengelolaan Candi Muaro Jambi.

“Acara ini bertujuan meningkatkan tali silaturahim sekaligus diisi majelis ilmu bersama narasumber yang ahli di bidangnya, ini merupakan bentuk kepedulian kami terhadap situs Candi Muaro Jambi yang masuk dalam janji politik Jambi Tuntas yang berjanji akan mengembangkan candi tersebut, namun sampai saat ini belum juga terwujud,” kata Mahasiswa arkeologi Unja angkatan 2017 Vista Astrilianda di Jambi.

Kepala Dinas Budpar Provinsi Jambi Ujang Hariadi menjelaskan bahwa pemerintah provinsi hanya berwenang membantu proses menuju warisan dunia. Pemerintah provinsi itu telah melakukan promosi dan seminar serta kajian-kajian ilmiah tentang candi tersebut.

“Baru-baru ini saya beserta Pemda Muara Jambi telah bertemu dengan Direktorat Pelestarian Kemendikbud untuk membentuk Badan Pengelola Candi Muara Jambi,” Kata Kadis Budpar Provinsi Jambi Ujang Hariadi di Jambi.

Badan pengelola Candi Muaro Jambi tersebut terdiri dari para ahli, unsur pemda dan juga perwakilan masyarakat. Ia berharap di tahun yang akan datang badan pengelola candi tersebut dapat dibentuk. Sehingga pengelolaan candi tersebut dapat dilakukan dengan lebih profesional.

“Saya juga sangat bersyukur bahwa masyarakat sekitar sangat peduli dengan menjaga dan melestarikan cerita-cerita rakyat atau foklor,” katanya.

Dosen Hukum Internasional Fakultas Hukum Unja Mochammad Farisi menjelaskan situs tersebut sangat berpotensi menjadi warisan dunia UNESCO, untuk itu persiapan menuju warisan dunia tersebut harus memenuhi semua persyaratan. Salah satunya persyaratan yang ada di dalam World Heritage Convention 1972 dan Operational Guidelines for the Implementation of the World Heritage Convention.

Syaratnya, memenuhi 4 Outstanding Universal Value: pertama memenuhi 10 kriteria, kedua integritas dan keaslian, ketiga perlindungan dan manajemen pengelolaan serta keempat analisis perbandingan.

“Keempat syarat ini harus dipenuhi dan di update terus menerus apabila pemerintah daerah mau serius menjadikan situs ini menjadi warisan dunia,” kata Mochammad Farisi.

Sedangkan Ketua Prodi Arkeologi UNJA menjelaskan tentang OUV Candi Muara Jambi. Berdasarkan dossier yang telah didaftarkan ke World Heritage Centre, situs ini memenuhi kriteria (ii), (iii), dan (iv). Yaitu memiliki peran global di masa lalu menjadi universitas terbesar atau pusat pendidikan se Asia Tenggara yang menjadi tempat belajar cendekiawan dari seluruh dunia, salah satunya It Sing Biksu dari China.

Kedua, nilai penting dari segi arsitektur bangunan candi yang unik dan memiliki makna filosofis yang mendalam baik secara harmoni alam dan yang maha kuasa dan poin ketiga nilai yang luar biasa dari segi pengembangan pengetahuan hidrologi dan tata kelola air dengan membuat kanal-kanal buatan untuk mengendalikan banjir sekaligus sebagai arus transportasi.

Diskusi publik tersebut dihadiri oleh 50 orang mahasiswa prodi arkeologi fakultas ilmu budaya Unja. Acara tersebut diselenggarakan di salah satu rumah makan di daerah Kecamatan Telanai Jambi.*


Baca juga: Panen duku di kawasan wisata Candi Muaro Jambi

Baca juga: Candi Muaro Jambi diharapkan mendunia lewat api Asian Games 2018


 

Pewarta: Muhammad Hanapi
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019