Ketua Yayasan Budhakirti, Tono Anton Alamsyah, Minggu, mengatakan pakaian khas Sumsel yang dipakai tersebut sesuai tema perayaan Waisak tahun 2019 yakni Bhineka Tunggal Ika dan Cinta Indonesia dengan mengutamakan persatuan.
"Perayaan kali ini menggunakan pakaian khas beberapa daerah, tak hanya Sumsel saja, ada juga pakai kebaya, ini menunjukkan rasa kecintaan umat Budha terhadap Indonesia," ujar Tono Anton Alamsyah.
Menurut dia, umat Budha didorong untuk memiliki kecintaan terhadap Indonesia dengan mempraktekkan ajaran-ajaran Budha tanpa meruntuhkan nilai-nilai nasionalitas yang sudah ada.
Bangsa Indonesia, kata dia, terdiri dari 1.340 suku dan telah memiliki tradisi hingga menjadi budaya serta falsafah negara, berkenaan dengan itu, Budha hanya mengajarkan mengubah perbuatan buruk menjadi baik, bukan mengubah budaya dan falsafah negara.
Sementara Bhiksu Vihara Dharmakirti, Y.M Bhadramurti, mengatakan Umat Budha harus berperan aktif menjaga keharmonisan di sekitar tempat tinggal mereka sebagai upaya menciptakan persatuan.
"Semoga momentum peringatan Waisak menguatkan kembali cinta tanah air masyarakat Indonesia, sehingga akan terjalin keutuhan bangsa dan negara, selamat merayakan Waisak 2019/2563 TB," tambah Bhiksu Y.M Bhadramurti.
Ribuan umat Budha secara khidmat mengikuti perayaan Puncak Bakti Waisak 2563 TB/2019 di Vihara Dharmakirti, prosesi diawali persembahan untuk umat bulan bahagia, kemudian anak-anak sekolah manggala mempersembahkan bunga untuk biksu sangha, pembacaan parita, pemberkatan oleh biksu dan taraparamita.
Sebelum perayaan puncak Waisak tersebut, sejak awal Mei sudah dilakukan beberapa prosesi seperti pengambilan air berkah, pembekalan wisudhi, pindapatta, pekan athasila kunjungan kasih, Yi Fo perayaan waisak Seguntang, dan penyalaan pelita Waisak, dua prosesi yang masih akan dilaksanakan yakni wisudhi upasaka/upasika serta detik sidhi Waisak 2563 malam nanti.
Pewarta: Aziz Munajar
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2019