Di zona baru ini, kami memang sengaja menampilkan berbagai metode pengolahan sampah. Wisatawan atau masyarakat bisa melihat secara langsung bagaimana metode-metode itu diterapkan, dan harapannya bisa menerapkan salah satu metode pengolahan sampah ter
Tempat wisata edukasi Taman Pintar Yogyakarta kini dilengkapi dengan zona baru yaitu Zona Pengolahan Sampah Mandiri yang menampilkan berbagai metode pengolahan sampah, khususnya untuk sampah organik.
“Di zona baru ini, kami memang sengaja menampilkan berbagai metode pengolahan sampah. Wisatawan atau masyarakat bisa melihat secara langsung bagaimana metode-metode itu diterapkan, dan harapannya bisa menerapkan salah satu metode pengolahan sampah tersebut di lingkungan mereka masing-masing,” kata Kepala Bidang Taman Pintar Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta Afia Rosdiana di Yogyakarta, Senin.
Metode pengolahan sampah yang ditampilkan dalam Zona Pengolahan Sampah Mandiri adalah biopori, komposter komunal, cacing dan lalat tentara hitam atau “black soldier fly”. Sebelum diresmikan, zona pengolahan sampah mandiri tersebut sudah beroperasi sejak April.
Selain untuk mendukung fungsi Taman Pintar sebagai wisata edukasi, Afia mengatakan, keberadaan Zona Pengolahan Sampah Mandiri di Taman Pintar tersebut juga ditujukan untuk mengurangi volume sampah yang dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Piyungan.
Dalam sehari, volume sampah yang dihasilkan Taman Pintar bisa mencapai sekitar 250 kilogram (kg) dengan 30 persen di antaranya adalah sampah daun dan sisanya adalah sampah yang dihasilkan dari “food court” di area tempat wisata tersebut, serta sampah anorganik berupa botol minuman kemasan dan bungkus makanan.
Sampah-sampah organik yang dihasilkan kemudian diolah di Zona Pengolahan Sampah Mandiri. Zona tersebut juga mendukung upaya Taman Pintar dalam menerapkan “integrated eco management” atau pengelolaan destinasi wisata yang berwawasan lingkungan.
Tempat wisata edukasi tersebut bahkan membentuk gugus tugas yang diberi nama “Green Team” untuk menjalankan manajemen pengelolaan tempat wisata yang berwawasan lingkungan, mulai dari pengelolaan zona pengolahan sampah organik hingga tim untuk melakukan kampanye.
Sedangkan untuk pengelolaan sampah anorganik, Afia mengatakan, Taman Pintar bekerja sama dengan bank sampah yang ada di sekitar tempat wisata tersebut.
Selain pengolahan sampah mandiri, dalam program pengelolaan destinasi wisata yang berwawasn lingkungan tersebut juga dijalankan upaya konservasi air dan energi listrik.
Konservasi air dilakukan dengan cara mendaur ulang air wudhu yang digunakan jamaah dari Masjid Izul Ilmi yang berada di kompleks Taman Pintar Yogyakarta. Air wudhu yang sudah digunakan akan ditampung kembali kemudian disaring dan diolah seghingga menjadi air bersih dan bisa dimanfaatkan kembali oleh pengunjung lain.
Taman Pintar rata-rata membutuhkan sekitar 6.000 liter air per hari bahkan kebutuhan air bisa meningkat saat hari libur karena jumlah pengunjung juga mengalami kenaikan.
Sedangkan untuk program konservasi listrik dilakukan dengan penggunaan lampu hemat energi yang bisa menyala secara otomatis saat dibutuhkan, serta penggunaan panel surya.
Sementara itu, Wakil Wali Kota Yogyakarta Heroe Poerwadi mengatakan, keberadaan Zona Pengolahan Sampah Mandiri tersebut diharapkan memberikan pengetahuan ke masyarakat tentang cara mengolah sampah organik sehingga warga tidak lagi bergantung dengan TPA Piyungan.
“Masyarakat bisa melihat langsung bagaimana prosesnya. Mungkin perlu diperbanyak narasi tentang langkah-langkah yang harus dilakukan untuk setiap metode pengolahan sampah organik sehingga masyarakat bisa memahami dengan lebih mudah,” kata Heroe.
Selain di Taman Pintar, Heroe mengatakan, upaya masyarakat untuk mengelola sampah secara mandiri mulai dilakukan oleh warga di Kecamatan Tegalrejo dengan menggunaan mesin mengolah sampah. “Sudah ada dua mesin. Ini jadi uji coba dulu. Jika berhasil baik, maka diharapkan seluruh kelurahan bisa menerapkannya,” katanya.
Pewarta: Eka Arifa Rusqiyati
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2019