Sekretaris Jenderal Kementerian Perdagangan Karyanto Suprih menilai defisit neraca perdagangan yang pada April 2019 mencapai 2,5 miliar dolar AS dipengaruhi juga oleh ekonomi dunia yang tengah melambat.Banyak faktor, ekonomi dunia juga sedang melemah. Memang berpengaruh kepada kita. Kita juga sudah berusaha
"Banyak faktor, ekonomi dunia juga sedang melemah. Memang berpengaruh kepada kita. Kita juga sudah berusaha," katanya ditemui di Depok, Senin.
Menurut Karyanto, Indonesia punya potensi ekspor karena keragaman produknya. Sayangnya, hal itu tidak sebanding dengan daya saing produk lokal yang dinilai masih rendah.
"Ada beberapa produk manufaktur yang kita masih kalah," katanya.
Oleh karena itu, ia menyebut pemerintah akan terus menggenjot sektor manufaktur yang memiliki nilai tambah. Menurut dia, meski Indonesia kaya sumber daya alam, sektor manufaktur tetap lebih utama dikembangkan karena potensi nilai tambahnya.
Lebih lanjut, meski ekspor melemah, Karyanto masih optimis target ekspor nonmigas pada 2019 bisa tumbuh 7,5 persen, naik dari target 2018 yang hanya mencapai 6,7 persen.
"RKP (Rencana Kerja Pemerintah) kan 7 persen, kita maunya 11 persen. (Kami) masih optimis meski pertumbuhan ekonomi dunia sedang melambat dan kita terpengaruh," katanya.
Badan Pusat Statistik (BPS) merilis nilai neraca perdagangan Indonesia pada April 2019 mengalami defisit sebesar 2,5 miliar dolar AS, yang disebabkan oleh defisit sektor migas dan nonmigas masing-masing sebesar 1,49 miliar dolar AS dan 1,01 miliar dolar AS.
Kepala BPS Suharyanto dalam paparan di Jakarta, Rabu (15/5) mengatakan pada April 2019, ekspor mencapai 12,6 miliar dolar AS, turun 10,80 persen dibandingkan Maret 2019 yang senilai 14,12 miliar dolar AS.
"Kalau dibandingkan posisi April 2018, ekspor mengalami penurunan sebesar 13,10 persen dari 14,5 miliar dolar AS," katanya.
Sementara itu, impor April 2019 yang tercatat 15,10 miliar dolar AS, naik dari Maret 2019 sebesar 12,25 persen senilai 13,45 miliar dolar AS.
Kenaikan terjadi di impor migas sebesar 46,99 persen dan nonmigas sebesar 7,82 persen.
Meski demikian, Suharyanto menyebut capaian impor April 2019 itu masih lebih kecil dibandingkan dengan nilai impor April 2018 sebesar 16,16 miliar dolar AS.
"Artinya memang ada beberapa komoditas yang dapat dikendalikan impornya sehingga total nilai impor April 2019 lebih kecil dibandingkan April 2018," katanya.
Baca juga: April defisit tertinggi, pemerintah diimbau fokus kendalikan impor
Pewarta: Ade irma Junida
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2019