• Beranda
  • Berita
  • Presiden Jokowi akui defisit transaksi dan perdagangan persoalan besar

Presiden Jokowi akui defisit transaksi dan perdagangan persoalan besar

20 Mei 2019 19:08 WIB
Presiden Jokowi akui defisit transaksi dan perdagangan persoalan besar
Presiden Joko Widodo memberikan sambutan saat peresmian bendungan Rotiklot di desa Fatuketi, Kabupaten Belu, NTT Senin (20/5/2019). Bendungan yang dibangun di wilayah perbatasan Indonesia-Timor Leste itu mampu mengairi 139 hektare area persawahan dan 500 hektare tanaman palawija serta mampu mengalirkan 40 liter perdetik kebutuhan air baku bagi warga Kota Atambua. ANTARA FOTO/Kornelis Kaha/hp/pri

Semua kok impar-impor, sampai kapanpun defisit pasti terjadi kalau impor terus

Presiden Joko Widodo mengakui adanya defisit yang besar pada transaksi berjalan dan neraca perdagangan Indonesia merupakan persoalan besar yang dihadapi Tanah Air.

"Yang namanya defisit transaksi berjalan, defisit neraca perdagangan itu memang persoalan besar kita, bolak balik saya sampaikan," kata Presiden Jokowi usai menebar benih ikan di Bendungan Rotiklot Kabupaten Belu, NTT, Senin.

Presiden Jokowi pada Senin ini meresmikan Bendungan Rotiklot di Dusun Rotiklot, Desa Fatuketi, Kecamatan Kakuluk Mesak, Kabupaten Belu, NTT.

Usai meresmikan bendungan itu, Presiden Jokowi didampingi Mensesneg Pratikno, Menteri PUPR Basuki Hadimuljono, Gubernur NTT Viktor Leiskodat, Wagub NTT Josef A Nai Soi, menebar benih ikan dan dan menanam pohon di kawasan bendungan tersebut.

Menurut Kepala Negara, rumus untuk mengatasi defisit neraca perdagangan adalah meningkatkan ekspor dan memproduksi barang-barang substitusi ekspor.

"Kalau ekspor tidak meningkat, kemudian barang subtitusi impornya tidak diproduksi sendiri di dalam negeri, mau sampai kapan ini akan rampung," katanya.

Lebih rinci Presiden Jokowi menyebutkan kunci menyelesaikan masalah itu adalah industrialisasi dan hilirisasi.

"Jangan sampe ngirim barang mentah, raw material, ke luar negeri, semuanya harus ada nilai tambah di dalam negeri, kuncinya di situ aja," katanya.

Ia menyebutkan pemerintah sudah berupaya mengurangi defisit neraca perdagangan.

"Contohnya avtur, nanti mulai bulan depan, udah gak ada impor avtur dan solar karena sudah dikerjakan dalam negeri," katanya.

Ia menyebutkan pemerintah juga mendorong tumbuhnya industri petrokimia di dalam negeri karena impor produk itu cukup besar.

"Semua kok impar-impor, sampai kapanpun defisit pasti terjadi kalau impor terus," katanya.

Sebelumnya BPS merilis hasil ekspor dan impor pada April 2019 serta laporan neraca perdagangan.

Pada periode tersebut ekspor tercatat 12,6 miliar dolar AS atau turun 13,1 persen year on year. Sedangkan impor mencapai 15,10 miliar dolar AS atau turun 6,58 persen. Dengan hasil tersebut neraca perdagangan pada April 2019 mencatatkan defisit hingga 2,5 miliar dolar AS.
 

Pewarta: Agus Salim
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2019