"Sampai saudara-saudaranya di Indonesia bagian Barat dan bagian Tengah mengenal baik saudara-saudaranya di Indonesia Timur. Karena mereka juga Indonesia, mereka bukan bagian dari Indonesia saja, tapi mereka adalah Indonesia," kata Nia usai jumpa pers film "Rumah Merah Putih" di Jakarta, Senin.
Film terbaru Alenia Pictures, mengambil lokasi di Nusa Tenggara Timur dan wilayah perbatasan Timor Leste. Menurut Ale dan Nia, masyarakat di sana sangat mencintai Indonesia dan hal ini bisa menjadi pelajaran berharga untuk masyarakat lain.
"Jadi waktu kita survei, kita tanya misalnya, 'Kamu namanya siapa?', dia akan bilang, 'Bapak Batak, mama Atambua, saya Indonesia. Kami tanya kenapa seperti itu, karena mereka merasa saya dilahirkan di Indonesia," ujar Nia.
Dia menambahkan, "Sebelum belajar di sekolah, mereka itu ada yel-yel kebangsaan. Itu bikin kita merinding. Kita bisa melihat kecintaan anak-anak di garda terdepan Indonesia terhadap Tanah Air. Kita harus belajar dari mereka bahwa merah putih tidak bisa digantikan dan merah putih tetap di hati."
Ale dan Nia juga selalu konsisten untuk menghadirkan film dengan tema nasionalis. Menurut mereka, film seperti ini sangat tepat diberikan kepada anak-anak.
"Kalau dari kami, kami selalu ingin anak-anak Indonesia mendapatkan film yang tepat. Yang kedua, orang dewasa bisa belajar dari anak-anak. Bagaimana kepolosan dan kejujuran mereka bisa jadi pelajaran juga," jelas Ale.
"Film kami ingin merefleksikan apa yang sedang terjadi, atau anak-anak sekarang bisa melihat serunya jadi anak-anak di sana. Misalnya seru lihat panjat pinang, kita dateng ke NTT yuk buat lihat suasana di sana. Biar enggak hanya ke luar negeri, ke mall," lanjutnya.
Baca juga: "Rumah Merah Putih" kisah tentang anak perbatasan NTT-Timor Leste
Baca juga: Ari Sihasale ingin buat film dokumenter tentang Ambon
Baca juga: "1000 Balon", film dari anak untuk anak
Pewarta: Maria Cicilia
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2019