Didit Rendra (24), pemuda dari keluarga miskin di Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, meraup penghasilan hingga belasan juta rupiah berkat seni ukir kaca hasil karyanya yang mendapat animo besar dari pecinta seni grafir Tanah Air.Alhamdulillah, berapapun hasilnya saya syukuri. Saya masih harus terus belajar dan belajar
Ditemui di rumahnya di Desa Bulusari, Kecamatan Kedungwaru, Senin, Didit tampak asyik mengerjakan ukir kaca berbentuk gambar wajah Walisongo, salah seorang wali penyebar ajaran Islam di tanah Jawa.
Alat bor kecil atau mini grinder elektrik digerakkan perlahan mengikuti pola gambar yang sudah terbentuk.
"Ini masih menyelesaikan stau pesanan dari pelanggan online (daring)," ucap Didit yang menyambut Antara di rumahnya yang sederhana namun bersih.
Dia memanfaatkan sudut ruang tamu rumahnya sebagai tempat kerja. Di situ ada meja kecil, lengkap dengan colokan listrik, alat bor mini serta beberapa perlengkapan pendukung lain.
Di pojok meja, juga di dinding tepat depan meja kerja seni Didit, terpasang beberapa karya seni grafir atau ukir kaca berbentuk logo, nama produk maupun gambar wajah orang ataupun tokoh/artis yang diilustrasikan dalam bentuk siluet.
Cahaya lampu led yang di pasang di beberapa sudut pigura membuat karya ukir kaca Didit yang sudah apik semakin memiliki kekuatan estetis seni yang memancar keluar.
"Dulu aku memang belajar dari desain grafis, lalu mulai iseng membuat gambar siluet sebelum beralih ke grafir," tutur Didit.
Seni lukis maupun ukir sebenarnya bukan minat Didit. Ia mengaku awalnya hanya termotivasi untuk kerja di UKM ukir kaca untuk pintu dan jendela milik pamannya.
Namun hanya beberapa hari bekerja, Didit merasa tidak betah. Risiko kesehatan dampak debu kaca yang sangat halus membuatnya berfikir untuk mencari usaha mandiri.
"Itu dua tahunan lalu. Saya berpikir kalau di situ terus juga tidak akan banyak berkembang. Masa depan kurang menjanjikan, jadi saya mulai iseng melayani permintaan pembuatan gambar siluet ataupun logo usaha dengan skill desain grafis saya," tuturnya.
Dari usaha jasa membuat gambar siluet inilah Didit mendapat ide menggabung keahliannya di bidang desain grafis dengan ketrampilan baru mengukir kaca.
"Saya kemudian mencari referensi di internet lalu mencoba-coba. Awalnya susah, beberapa karya grafir rusak, namun itu justru memotivasi saya untuk terus mengembangkan karya ini. Apalagi setelah ada yang laku dan hasilnya lumayan," katanya.
Kini sudah dua tahun Didit membuat karya seni grafir. Puluhan bahkan ratusan karya telah dihasilkan, mengikuti pesanan yang terus mengalir.
Satu karya ukir kaca atau grafir kaca ini Didit mematok harga mulai Rp150.000 hingga Rp500.000. Semua bergantung tingkat kerumitan.
Sebulan konon Didit bisa mengerjakan lima hingga belasan karya grafir, di sela kesibukannya sebagai guru lepas mengajari drum band di sekolah-sekolah.
Hasilnya pun lumayan untuk pemula seperti Didit yang masih hidup sendiri. Dalam sebulan ia bisa mengantongi laba bersih mulai Rp5 jutaan hingga belasan juta rupiah.
Pelanggan Didit tak hanya di seputaran Tulungagung. Pemesan dari luar kota bahkan luar Jawa juga tak jarang datang.
Semua berkat pilihan Didit yang aktif mempromosikan setiap karyanya di media sosial Facebook dan Instagram.
"Alhamdulillah, berapapun hasilnya saya syukuri. Saya masih harus terus belajar dan belajar," katanya merendah.
Pewarta: Destyan H. Sujarwoko
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2019