Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) bersama kementerian terkait menyiapkan peta hotspot infeksi zoonosis di Indonesia guna mengamankan keanekaragaman hayati (kehati) sebagai potensi pangan dan sumber obat untuk kesehatan di masa depan.
“Dalam lima tahun ke depan LIPI bekerja sama dengan kementerian terkait akan melakukan karakterisasi mikroba zoonosis dari prevalensi, distribusi, endemisitas dan etiologi sehingga dapat tersedia data dan peta hotspotinfeksi zoonosis di Indonesia,” kata Kepala Bidang Zoologi Pusat Penelitian Biologi LIPI Cahyo Rahmadi di Jakarta, Selasa.
Indonesia sebagai salah satu negara mega biodiversity di dunia dikaruniai keanekaragaman hayati yang sangat tinggi, salah satunya adalah keberadaan satwa liar.
Keragaman satwa liar ini sudah selayaknya menjadi hal yang perlu dilestarikan, namun di sisi lain, hal ini menjadi tantangan tersendiri mengingat adanya potensi penyebaran penyakit oleh satwa liar atau dikenal dengan zoonosis.
Ia mengatakan fauna liar yang secara alami dapat menyeberang lintas negara maupun dibawa dan dimanfaatkan oleh manusia untuk tujuan tertentu perlu menjadi fokus penelitian. Terlebih dengan baru-baru ini ditemukannya kasus cacar monyet atau monkeypox.
Penularan dari manusia ke manusia sangat jarang. Namun demikian, menurut dia, kegiatan memasukkan jenis-jenis satwa dari luar Indonesia untuk kepentingan apapun, harus selalu mengedepankan prinsip kehati-hatian.
Cahyo mengatakan salah satu penyebab terancamnya satu juta spesies dalam beberapa dekade ke depan seperti yang disebutkan dalam laporan terbaru Platform Sains-Kebijakan Antarpemerintah tentang Keanekaragaman Hayati dan Ekosistem (the Intergovernmental Science-Policy Platform on Biodiversity and Ecosystem Services/IPBES) salah satunya akibat ancaman invasif asing.
“Ini yang jadi perhatian kita,” ujar Cahyo.
Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Hayati LIPI Enny Sudarmonowati mengatakan sesuai dengan tema peringatan Hari Keanekaragaman Hayati Sedunia pada 22 Mei 2019 yakni Our Biodiversity, Our Food, Our Health maka perlindungan keanekaragaman hayati Indonesia harus diawali dengan peningkatan pemahaman sebagai fondasi bagi makanan dan kesehatan manusia.
Karenanya, menurut Enny, perlu upaya untuk terus memberikan informasi kekayaan keanekaragaman hayati Indonesia pada masyarakat, mulai dari kekayaan fauna sampai mikroorganisme.
Pewarta: Virna P Setyorini
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2019