Seperti dikutip Reuters, Sterling dalam kesempatan jumpa pers di New York mengakui bahwa jadwal sepak bola yang sangat padat membuatnya kesulitan untuk mendapatkan waktu untuk bertemu para pejabat sepak bola di Inggris.
"Di sepak bola, Anda bisa terikat jadwal latihan setiap hari dan pertandingan setiap dua atau tiga hari, jadi hampir tidak ada waktu untuk berbicara dengan pihak lain," kata Sterling dalam diskusi di Wall Street Journal.
"Tapi tentu saja kalau ada waktu luang dan libur saya bisa berkeliling dan berbicara dengan FA serta pihak-pihak di Liga Primer untuk melakukan yang terbaik di masa depan," katanya.
Sterling, Pemain Sepak Bola Terbaik Tahun Ini versi Asosiasi Penulis Sepak Bola bulan lalu, mencetak dua gol saat City menghancurkan Watford 6-0 untuk mengantar klubnya mencatat rekor sebagai klub pertama yang mampu meraih tiga gelar juara sekaligus di kompetisi domestik.
Ia menegaskan kembali harapannya agar klub secara otomatis mendapat pengurangan sembilan poin jika suporter mereka terbukti melakukan aksi rasisme.
"Jika saya datang ke pertandingan dan mendukung Manchester United, misalnya, saya tidak ingin pihak yang membiarkan tim saya kecewa oleh teriakan-teriakan bernada permusuhan di stadion," kata Sterling.
"Jika Anda mengetahui tim Anda akan dikurangi sembilan angka dan terancam gagal meraih gelar juara, maka Anda tentu tidak ingin mengeluarkan perkataan bernada rasis," katanya.
Pada musim lalu, Sterling menuduh beberapa media Inggris ikut mengobarkan sikap rasis melalui penggambaran negatif tentang pemain berkulit hitam.
Sterling juga mengalami pelecehan rasial selama pertandingan kualifikasi Euro 2020 di Montenegro pada Maret lalu.
Baca juga: Sarri kutuk aksi rasisme terhadap Sterling
Pewarta: Atman Ahdiat
Editor: Teguh Handoko
Copyright © ANTARA 2019