Tokoh di Papua sayangkan demo anarkis Jakarta

23 Mei 2019 01:58 WIB
Tokoh di Papua sayangkan demo anarkis Jakarta
Ilustrasi-Pendeta Lipiyus Biniluk (tengah) dan Pastor Jhon Jonga (kiri) saat berikan keterangan pers usai tatap muka dengan Sesjen Wantanas Letjen TNI Doni Munardo di Aula Makorem 172/PWY di Kota Jayapura, Selasa (25/9) (Antaranews Papua/Alfian Rumagit) (Antaranews Papua/Alfian Rumagit/)
Tokoh agama katolik di Papua, Pastor Jhon Jonga menyayangkan terjadinya demo anarkis menolak hasil pemilihan umum serentak 2019 di kantor Badan pengawas Pemilu (Bawaslu) dan Komisi Pemilihan Umum (KPU) di Jakarta, Rabu

"Saya menyayangkan mereka  yang melakukan aksi memaksakan kehendaknya sendiri dengan menghasut masyarakat," kata Pastor Jhon ketika dikonfirmasi dari Jayapura, Rabu.

Menurut dia, orang-orang itu yang merusak persatuan bangsa ini. Secara umum di Papua melihat peristiwa bahwa orang di luar Papua membuat anarkis dan saling membuat kekerasan dan ricuh.

"Kita di Papua melihat kalau di Jakarta memang sudah rusak, siapa lagi yang mau gabung dengan negara yang sudah rusak, tidak ada," katanya.

Pastor Jhon menyebutkan, semua pendemo yang menganggap dirinya profesor, menggap diri politis, menganggap diri nasionalis.

Dia berharap kepada masyarakat baik di Jakarta maupun di Papua jangan termakan isu dan terprovokasi isu-isu dari orang-orang yang dangkal persatuan dan kesatuan itu. Karena melihat demo-demo yang menuntut kejujuran dan lain sebagainya.

"Mereka -mereka ini sebenarnya dimana selama ini, karena ini memang sudah final. Kalau memang pileg dan pilpres itu tidak jujur mana prosesnya. Ini kan sudah ada aturan, kita lihat di desa misalnya, kalau sudah ada yang tidak ikuti aturan diproses karena menyalahi hak, itu lapor karena sudah tahap-tahapnya baik di Kabupaten maupun di provinsi," katanya.

Ia menambahkan, pendemo ini bisa dikatakan kurang paham demokrasi dan politik, karena sudah jelas mau menuntut kejujuran dalam pileg dan pilpres ini, bukan sekarang, harus dimulai dari para saksi-saksi pemilu di desa-desa.

Pewarta: Musa Abubar
Editor: Masnun
Copyright © ANTARA 2019