PT Bank Dinar Indonesia Tbk (DNAR) membukukan laba bersih pada tahun 2018 sebesar Rp19,8 miliar, meningkat 153,72 persen dari target yang ditetapkan perseroan sebesar Rp12,9 miliar.Terkait merger, perseroan masih menunggu proses perizinan dari OJK yang sedang melakukan prosedur fit and proper test pada calon direksi dan dewan komisaris bank hasil penggabungan
Direktur Utama Bank Dinar Hendra Lie dalam siaran persnya di Jakarta, Kamis, mengatakan pertumbuhan laba 2018 tumbuh 96,51 persen dibandingkan laba Rp10 miliar tahun 2017, sementara total aset tahun 2018 sebesar Rp2,534 triliun.
“Hingga akhir 2018, Bank Dinar memiliki rasio CAGR 28,10 persen, meningkat dibanding tahun 2017. CAGR kami di atas ketentuan minimal regulator”, ujar Hendra.
Besaran ekuitas sesuai neraca akhir 2018 sebesar Rp474,06 miliar melonjak Rp15,97 miliar, atau sebesar 3,49 persen dibandingkan posisi akhir 2017 sebesar Rp458,09 miliar yang didorong peningkatan perolehan laba 2018.
Sejalan dengan konsolidasi dan lebih mengedepankan langkah kehati-hatian dalam pengambilan keputusan, perseroan mencatatkan rasio kredit terhadap DPK (LDR) per akhir 2018 sebesar 69,28 persen dibandingkan akhir 2017 sebesar 69,57 persen. Sementara, NPL netto 2018 sebesar 1,94 persen sedangkan tahun 2017 sebesar 2,35 persen.
Rasio profitabilitas yang diukur menggunakan ROA dan ROE masing-masing sebesar 0,81 persen dan 4,65 persen pada 2018. Kondisi ini meningkat dibanding 2017 dengan ROA (0,57 persen) dan ROE (2,42 persen).
“Terkait merger, perseroan masih menunggu proses perizinan dari OJK yang sedang melakukan prosedur fit and proper test pada calon direksi dan dewan komisaris bank hasil penggabungan,” kata Hendra.
Proses merger Bank Dinar dan Bank Oke telah berlangsung sejak 2018. Restu untuk rencana penggabungan oleh Apro Financial Co, Ltd (APRO) telah diterbitkan oleh OJK bidang pengawas pasar modal pada 8 Maret 2019.
APRO sebagai pemegang saham pengendali memiliki 99,99 persen saham Bank Oke dan mengambil alih 77,38 persen saham Bank Dinar dengan nilai Rp691 miliar. APRO merupakan institusi keuangan besar dari Korea Selatan.
“Jika seluruh proses merger rampung pada tahun berjalan, maka pada 2019 perseroan menargetkan aset sebesar Rp4,85 triliun kredit Rp4,07 triliun, DPK turun menjadi Rp4,09 triliun karena adanya tambahan modal senilai Rp 1,5 triliun secara bertahap hingga 2021," tegas Hendra.
Hendra menambahkan Bank Dinar Indonesia berencana memperluas jaringan dan infrastruktur teknologi perbankan serta memperkuat penyaluran kredit ke segmen Small Medium Enterprise (SME) melalui penambahan lima kantor cabang tiap tahunnya.
Baca juga: BEI resmi catatkan saham Bank Dinar
Pewarta: Royke Sinaga
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2019