"Akselerasi ekspor komoditas pertanian di Kalbar melalui Pos Lintas Batas Negara atau (PLBN) Entikong dan Pelindo II akan menjadi satu di antara sumber pertumbuhan ekonomi di Kalbar, terutama pendapatan petani dan rantai dari aktivitas ekspor terkait," ujar Heronimus di Pontianak, Minggu.
Apalagi tambah Hero banyak potensi komoditas pertanian Kalbar yang diminati negara luar di antaranya produk olahan kelapa, lada, buah mengkudu, pinang, pisang jeruk, jengkol siam, jeruk kasturi, keranji dan masih banyak lagi.
"Kemudian tujuan ekspor juga semakin banyak di antaranya Chinna, Hongkong, Brazil, India, Bangladesh, Arab Saudi dan lainnya," kata dia.
Akselerasi ekspor komoditas pertanian di Kalbar sejalan dengan kebijakan Presiden RI yang ingin mewujudkan Indonesia sebagai lumbung pangan dunia pada 2045.
"Komoditas pertanian harus dipercepat. Melalui ekspor maka komoditas pertanian Indonesia di konsumsi oleh dunia," papar dia.
Sesuai instruksi Kepala Badan Karantina Pertanian RI komoditi pertanian yang di ekspor minimal harus produk setengah jadi atau yang sudah mengalami pengolahan.
"Dengan produk setengah jadi sehingga ada nilai tambah dan memberikan dampak yang luas bagi pertumbuhan ekonomi dan tenaga kerja serta lainnya," jelasnya.
Untuk daerah perbatasan, PLBN Entikong sebenarnya masih dalam Border Trade Agreement (BTA). Hanya saja saat ini sudah ada kerjasama data antara Bea Cukai dan Balai Karentina.
"Dengan kerja sama yang ada semua perdagangan tercatat," jelas dia.
Nilai ekspor komoditas pertanian Kalbar pada 2018 lalu sudah cukup tinggi yaitu sekitar Rp2,8 triliun.
"Nilai ekspor kita relatif tinggi mengingat infrastruktur pelabuhan Kalbar yang belum memadai. Apalagi nanti resmi Pelabuhan Kijing, tentu akan jauh lebih maksimal," paparnya.
Saat ini, tercatat sudah ada 80 eksportir produk pertanian Kalbar pada tahun 2018
"Harapannya jumlah eksportir yang ada terus meningkat dan terjadi pula peningkatan pada volume dan jenis komoditi pertanian yang di eksport pada tahun tahun mendatang," harap dia.
Pewarta: Dedi
Editor: Royke Sinaga
Copyright © ANTARA 2019