Institut Teknologi Bandung (ITB) akan melakukan uji coba komersial bioavtur di Kilang Pertamina RU IV Cilacap pada September tahun ini.Rencananya kita akan uji coba 10 persen sawit dan 90 persen bahan bakar fosil
"Sekarang kami sedang bekerja sama dengan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) untuk uji komersial avtur nabati September tahun ini di Cilacap," kata Ketua Program Studi Teknik Kimia ITB IGBN Makertihartha dalam diskusi energi di Kemenko Maritim, Jakarta, Selasa.
Menurut Makertihartha, lokasi uji komersial bisa saja berpindah lokasi dari Cilacap mengingat pihaknya membutuhkan dana pendukung yang cukup besar untuk uji komersial.
"Ada beberapa kandidat seperti di Balongan, kami sudah melakukan sounding (pembicaraan) ke beberapa pihak, ke BPDPKS karena itu butuh dana yang besar," ujarnya
Dalam uji komersial tersebut, nantinya ITB akan menguji coba pemakaian 10 persen sawit dengan 90 persen bahan bakar fosil. Uji coba akan memakan waktu sekitar sepekan sesuai dengan kapasitas produksi di kilang tersebut.
"Rencananya kita akan uji coba 10 persen sawit dan 90 persen bahan bakar fosil. Jadi dari situ kita bisa melihat kondisi operasi, hal apa yang harus diperbaiki, dikembangkan, dan diubah. Nanti diharapkan kami dapat teknologi proses baru yang bisa digunakan untuk produksi avtur," ujarnya.
Makertihartha menuturkan ITB sendiri telah mengembangkan katalis untuk pengolahan minyak mentah dan proses produksi bahan bakar nabati dari minyak sawit. Beberapa katalis yang dikembangkan telah dikomersialkan dan digunakan oleh Pertamina di sejumlah kilang.
Katalis merupakan bahan yang dapat mempercepat dan mengarahkan reaksi kimia. Bahan ini merupakan kunci teknologi proses, termasuk pada pemprosesan bahan bakar nabati berbasis minyak kelapa sawit.
Untuk mengembangkan bioavtur, katalis yang dikembangkan ITB akan dicampur dengan bahan utama minyak inti sawit.
Makertihartha menambahkan dalam pengembangan bioavtur diperlukan penyesuaian kondisi operasi karena karakter kelapa sawit yang berbeda dengan minyak bumi seperti temperatur dan kebutuhan hidrogen.
"Ada penyesuaian, tapi dari situ kami bisa melihat unjuk kerjanya seperti apa, katalis kami seperti apa, kualitas bahan bakar yang kami hasilkan seperti apa," katanya.
Pewarta: Ade irma Junida
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2019