Indonesia telah mengalami serangan virus flu burung sejak Agustus 2003 dengan penyebaran virus ke banyak daerah selama bertahun-tahun. Untuk melindungi kesehatan manusia dan produksi unggas di Indonesia, pemerintah mendukung kampanye pengendalian flu
Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) menyampaikan penghargaan kepada Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian RI atas keberhasilannya mengendalikan penyebaran virus flu burung (avian influenza).
“FAO telah mendukung program pengendalian flu burung pemerintah Indonesia sejak 2006. Selama 13 tahun bekerja sama, kami mengakui jumlah kasus flu burung terus menurun,” kata Perwakilan FAO untuk Indonesia dan Timor Leste Stephen Rudgard dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Rabu.
Kementerian Pertanian mencatat jumlah wabah flu burung turun dari 2.751 kasus pada 2007 menjadi 476 kasus pada 2018.
Flu burung disebabkan oleh virus yang menyerang semua unggas domestik termasuk ayam, bebek, dan burung puyuh. Penyakit ini dapat ditularkan ke manusia dengan beberapa jenis yang menyebabkan tingkat kematian yang tinggi.
Indonesia telah mengalami serangan virus flu burung sejak Agustus 2003 dengan penyebaran virus ke banyak daerah selama bertahun-tahun. Untuk melindungi kesehatan manusia dan produksi unggas di Indonesia, pemerintah mendukung kampanye pengendalian flu burung secara intensif.
Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan I Ketut Diarmita mengungkapkan apresiasinya atas kontribusi FAO dalam mengontrol penyebaran flu burung di Indonesia. Menurut Ketut, banyak keberhasilan telah dicapai di bawah kerangka kerja sama antara pemerintah Indonesia dan FAO.
Saat ini pengendalian flu burung difokuskan pada peningkatan biosekuriti pertanian, pencegahan penyakit melalui vaksinasi kawanan, dan sertifikasi kompartemen yang bebas dari flu burung.
Unsur lain dari program ini mendukung pemantauan dinamika virus flu burung yang beredar di lapangan untuk menghasilkan vaksin unggas lokal yang efektif untuk melindungi ternak petani.
Strategi ini telah berhasil mengurangi kasus flu burung di lapangan dan memberi sertifikasi peternakan komersial sebagai kompartemen bebas flu burung. Sertifikasi bebas flu burung membuat produk unggas Indonesia dapat diekspor ke beberapa negara Asia, ujar Ketut.
"Negara-negara seperti Jepang, yang memiliki persyaratan kesehatan hewan sangat tinggi, akan menerima produk unggas Indonesia sebagai pengakuan atas jaminan kesehatan hewan dan keamanan pangan Indonesia," ia menambahkan.
Ketua Tim Pusat Darurat FAO untuk Penyakit Hewan Lintas Batas (FAO ECTAD Indonesia) James McGrane mengatakan bahwa kerja sama erat antara pemerintah Indonesia dan FAO harus dilanjutkan di bawah program Emerging Disease Threats (Ancaman Penyakit Baru) yang muncul untuk menjamin dampak jangka panjang yang berkelanjutan.
"Kelanjutan kerja sama internasional ini akan memperkuat kapasitas Indonesia untuk melindungi orang dan mata pencaharian mereka dari ancaman penyakit hewan lintas batas," kata McGrane.
Baca juga: Cegah flu burung, Kementan-FAO inisiasi model pasar unggas bersih di Jabodetabek
Pewarta: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2019