BI: Rasio peredaran uang palsu menurun

29 Mei 2019 14:48 WIB
BI:  Rasio peredaran uang palsu menurun
Deputi Gubernur BI Rosmaya Hadi (tengah) dalam kunjungan ke posko mudik BI bertajuk "Fitrah Bersama Rupiah" di area peristirahatan (rest area) KM 57, Karawang, Rabu. (ANTARA/Indra Arief Pribadi)

Jumlah peredaran uang palsu terus menurun drastis dalam beberapa tahun terakhir, khususnya di daerah-daerah yang rawan dengan peredaran uang palsu seperti Pulau Jawa.

Bank Indonesia (BI) mengklaim rasio peredaran uang rupiah palsu hingga pekan ketiga Ramadhan 2019 (29 Mei 2019) terus berkurang menjadi empat uang palsu pada satu juta uang yang beredar.

Menurut Deputi Gubernur BI Rosmaya Hadi di Karawang, Jawa Barat, Rabu, Bank Sentral dan Kepolisian RI terus melakukan penindakan terhadap peredaran uang palsu disertai sosialisasi ciri-ciri keaslian rupiah.

Di tengah momentum tingginya peredaran uang seperti menjelang Lebaran saat ini, Rosmaya meminta masyarakat untuk memastikan uang yang dipegang merupakan uang rupiah asli.

"Di uang rupiah asli, masyarakat bisa mengenali ada tinta dalam uang asli yang tidak bisa dipalsukan dengan tinta biasa. Kemudian, ada benang pengaman, tanda air (watermark), cetakan bahan uang berupa gambar muka pahlawan, tanda untuk tunanetra yang dibuat dari seperti cat yang dia timbul dan terasa. Rectoverso atas bawah dia presisi, dan logo BI, itu menjadi ciri asli uang rupiah," ujar Rosmaya dalam kunjungan ke posko mudik BI bertajuk "Fitrah Bersama Rupiah" di area peristirahatan (rest area) KM 57, Karawang.

Rosmaya mengklaim jumlah peredaran uang palsu terus menurun drastis dalam beberapa tahun terakhir, khususnya di daerah-daerah yang rawan dengan peredaran uang palsu seperti Pulau Jawa.

Berdasarkan catatan Antara yang dirangkum dari data resmi BI, pada 2016 rasio uang palsu untuk keseluruhan tahun itu adalah 13 per satu juta uang yang beredar, kemudian menurun di 2017 menjadi 9 per satu juta uang yang beredar. Di keseluruhan 2018, rasio peredaran uang palsu kembali meningkat menjadi 12 uang palsu dari satu juta uang yang beredar.

"Hasil koordinasi dengan Kepolisian, setelah ada penegakan hukum yang kuat, terus dapat kami batasi," ujar dia.

Rosmaya menyebutkan kesadaran masyarakat meningkat untuk menerka terlebih dahulu keaslian uang rupiah sebelum menerima. Kini, kata dia, masyarakat sudah lazim melakukan 3D terhadap uang rupiah yakni dilihat, diraba dan diterawang guna memastikan keaslian uang rupiah.

Pada Ramadhan dan Lebaran tahun ini, Bank Sentral menyiapkan uang tunai sebesar Rp217,1 triliun, atau naik 13,5 persen dibandingkan dengan kebutuhan pada periode yang sama tahun 2018 sebesar Rp191,2 triliun.

Untuk penukaran uang, BI mengimabu masyarakat untuk menukarkan uang baru guna kebutuhan perayaan Lebaran pada tempat atau loket resmi yang disiapkan BI dan juga perbankan, guna menghindari uang palsu dan juga beban biaya untuk penukaran.

Terdapat 2.941 titik penukaran uang kartal dari BI dan perbankan yang disebar di seluruh Indonesia. Lokasi penukaran itu bisa ditemukan di kantor kas BI, kantor perbankan, maupun tempat-tempat umum seperti Monumen Nasional di Jakarta.

Setelah itu, penukaran uang akan bergerak ke arah kas keliling yang bahkan ada di jalur-jalur mudik. Dengan demikian, titik-titik penukaran uang akan mengikuti mobilitas masyarakat.
Baca juga: BI imbau masyarakat tukar uang di tempat resmi, hindari uang palsu
Baca juga: BI Cirebon temukan 1.624 lembar uang palsu



 

Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2019