"Keamanan menjadi masalah besar di seluruh dunia, bukan cuma di Mesir. Tak ada satu negara pun yang bisa memastikan tak ada sesuatu yang bakal terjadi, sungguh menyedihkan memang," kata Ahmad dilansir Reuters.
"Pemerintah Mesir dan CAF untuk pertama kalinya membentuk komite keamanan dan akan bekerja sama untuk berusaha memastikan tak ada hal buruk yang akan terjadi," ujarnya menambahkan.
Hal itu ditempuh menyusul insiden ledakan menimpa sebuah bus yang mayoritas berisikan turis asal Afrika Selatan di Kairo, 10 hari lalu, dan mencederai 12 orang.
Sisa peranti ledakan tersebut berisikan logam dan paku yang diledakkan di area dekat Museum Agung Mesir.
Baca juga: Ledakan terjadi pada bus pariwisata di dekat Piramid Giza, Mesir
Pihak Kementerian Dalam Negeri Mesir menyatakan bahwa kelompok milisi bersenjata Hasm berencana melakukan serangkaian serangan di negara itu untuk menciptakan "atmosfer kekacauan".
Piala Afrika 2019 akan diikuti 24 negara dan digelar di enam stadion di empat kota di Mesir, yakni Kairo, Alexandria, Ismailia dan Suez pada 21 Juni s.d. 19 Juli mendatang.
Gangguan keamanan bukan kali pertama mengancam berlangsungnya turnamen sepak bola tertinggi antarnegara Afrika tersebut.
Pada edisi 2010 lalu bus tim nasional Togo diserang kelompok milisi bersenjata dalam perjalanan di Angola, yang menewaskan tiga orang termasuk Asisten Pelatih Amelete Abalo.
Kala itu Togo segera mundur dari keikutsertaan turnamen, yang ironisnya dijawab CAF dengan sanksi larangan ambil bagian untuk dua edisi berikutnya, meski kemudian dianulir oleh Pengadilan Arbitrase Olahraga.
Baca juga: Piala Afrika 2019 digelar mulai Juni, ini fase grupnya
Pewarta: Gilang Galiartha
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2019