"Atas nama pemerintah Indonesia, kami bangga atas potensi mereka," kata Atase Pendidikan dan Kebudayaan Kedutaan Besar RI di Beijing, Yaya Sutarya, Kamis.
Ajang yang digelar oleh Pemerintah Kota Kunming, Pemerintah Distrik Chaoyang Beijing, dan beberapa perusahaan China itu bertujuan untuk mencari rintisan teknologi global yang bisa mendukung pembangunan perekonomian dan pertukaran budaya antara China dengan beberapa negara di kawasan Asia Tengara dan Asia Selatan.
Terdapat 17 dari 400 perusahaan rintisan berasal dari Australia, Indonesia, Israel, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam mendapatkan kesempatan berharga diundang di KIS 2019 untuk mempresentasikan perusahaannya di depan sejumlah investor China.
AwanTunai mempresentasikan inovasinya mengenai rantai pasokan hilir di Indonesia. Mereka memiliki aplikasi rantai pasokan perusahaan mikro dengan biaya terjangkau.
"Ini menjadi hari yang sangat berharga bagi perusahaan rintisan teknologi finansial atas kebolehannya tampil di forum internasional. Kami akan berjuang keras mendukung cita-cita OJK (Otoritas Jasa Keuangan) agar teknologi finansial kita menjadi contoh yang baik bagaimana teknologi bisa mencapai tahap inklusi finansial," kata CEO AwanTunai Dino Setiawan.
Sementara ETab merupakan platform periklanan luar ruang generasi terbaru yang menaik khalayak karena didukung oleh beberapa analisis.
ETab memadukan informasi dan periklanan melalui tablet yang berada di dalam taksi di kota-kota besar.
"Ini saat yang berbahagia di tengah 'booming' ekosistem perusahaan rintisan Indonesia. Kami bermitra dengan pelaku usaha tradisional, membawa teknologi kelas dunia demi kemajuan usahanya," kata CEO ETab Dalip Kumar.
Baca juga: Tencent perluas kerja sama dengan perusahaan Indonesia
Baca juga: ITB-Tshinghua segera wujudkan Taman Teknologi Pulau Penyu
Pewarta: M. Irfan Ilmie
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2019