Terang saja, antrean mobil yang mengular hampir 200 meter tak henti memberikan "teror" bagi sebut saja Riza, salah satu pegawai SPBU. Di saat yang bersamaan, ia terus memutar tuas pompa bensin manual dari drum berisi BBM jenis pertamax.
Riza mengaku sudah tiga hari terakhir, harus meng'engkol' tuas pompa untuk menyedot manual Pertamax keluar dari drum menuju jerigen berkapasitas 10 liter untuk kemudian dituangkan ke dalam tangki-tangki mobil para pemudik.
Bukannya apresiasi atau empati, tak jarang pembeli BBM justru menyumpah serapah jerih payah Riza yang dianggap lamban memberikan pelayanan.
Tak ayal, beberapa kali ia menarik napas panjang sebelum mengangkat zat cair penggerak mesin roda empat tersebut demi menghimpun tenaga tersisa sembari mengusap keringat.
Seragamnya basah, bukan keringat ataupun bekas hujan yang melekat, namun seakan ia mandi pertamax sejak pagi, akibat cipratan pompa yang kadang terpasang selang tak sempurna. Masker buff pun selalu terpasang di separuh mukanya, seakan pahlawan bertopeng yang menyembunyikan jati dirinya.
Secara harafiah, mungkin ia memang pahlawan untuk memenuhi bahan bakar pemudik hingga salah satunya mengaku menuju Medan dari Jakarta, tapi sejatinya ia menutup indra penciumannya dari hirupan uap pertamax yang menyengat.
Hal itu terjadi lantaran dispenser yang harusnya menyala otomatis dengan listrik untuk mengalirkan bahan bakar ke mobil mati kehilangan dayanya, tetapi pelayanan tetap harus prima, maka pompa manual dengan tangan adalah jalan keluar terbaiknya.
Riza dibantu satu rekannya memompa dan melayani tuangan jerigen dari truk Pertamina bermuatan 8.000 liter. Itupun harus kerja tiga kali, memindah dari truk, menuju drum, dipompa ke jerigen 10 liter, barulah dituang manual ke dalam tangki mobil.
Hanya dua pegawai melayani ribuan mobil yang kadang meminta jenis pertamax, dex ataupun premium. Beruntung, beberapa aparat keamanan dari kepolisian sudi membantu Riza dan rekannya menuangkan jerigen ke dalam tangki roda empat.
Tol trans-Sumatera mulai menjadi pilihan utama bagi para pemudik yang menuju Lampung, Palembang, Padang hingga Medan. Beberapa ruas dari Bakauheni menuju Terbanggi Besar sudah status operasional, namun sisa ruasnya hingga Kayu Agung masih fungsional, tetapi pasokan BBM tetap disediakan maksimal. Bukan kelangkaan yang menyebabkan antrean panjang, tapi tersendatnya pasokan lanjutan untuk memenuhi titik SPBU yang membutuhkan tambahan stok.
Pengawasan
Kepala BPH Migas M Fanshurulllah Asa sebenarnya juga menyayangkan keterlambatan penanganan habisnya stok BBM di rest area KM 33A tol trans-Sumatera.
”Lima jam lebih itu sudah terlalu lama, harusnya ada pencegahan sebelumnya, ini kan SPBU di depan juga masih jauh,” kata Fansrulllah Asa ketika meninjau SPBU modular Pertamina di Km 33A, Tol Trans-Sumatera.
Berdasarkan informasi petugas pengisian, BBM habis sejak pukul 08.00 wib, namun hingga pukul 14.00 wib truk tanker BBM juga tak kunjung tiba di lokasi.
Menurut petugas, perbedaan jenis mesin pemompa modular tidak cocok dengan penyedot truk tanki kapasitas besar. Biasanya memakai truk sedang yang sudah ada nozelnya, tetapi truk terdekat dari TBBM Panjang adalah jenis truk besar.
Akhirnya, mobil tanki pengisi datang sekitar pukul 14.35 wib, diinformasikan truk baru bisa berangkat dari TBBM Panjang pada pukul 11.00 wib, terlambat tiga jam sejak diinfokan habis pada pukul 08.00 wib.
Akibatnya, banyak pemudik yang harus lanjut menuju rest area selanjutnya yang berjarak sekitar 50 KM dari Km33A.
Kepala BPH Migas turun langsung meninjau setiap titik penyedia BBM di sepanjang tol Trans-Sumatera, dari Pintu Bakauheni hingga keluar di Kayu Agung sampai Palembang.
Secara keseluruhan, ia memberikan apresiasi kepada Pertamina atas upaya yang dilakukan untuk melayani pemudik, walau memang masih ada satu dua kekurangan yang harus diperbaiki.
Sebelumnya, BPH Migas menginstruksikan Pertamina untuk menambahkan pasokan ketersediaan BBM Gasoline, baik itu premium, pertalite juga pertamax di jalur tol operasional dan fungsional Trans-Sumatera terutama di sekitar 340 km tol wilayah Lampung ke Palembang.
Hal tersebut terkait info terjadi kelangkaan BBM premium dan pertamax di tol Trans-Sumatera juga wilayah Mesuji dan Tulang Bawang, berdasarkan informasi yang dihimpun Antara di Jakarta, Jumat (31/5).
Sebagai aksi cepat tanggap (quick response) atas terjadinya kelangkaan BBM jenis premium dan pertamax di Tol Trans-Sumatera, Kepala BPH Migas M. Fanshurullah Asa bersama Tim Siaga Mudik PT. Pertamina (Persero) melakukan peninjaun SPBU di tol Trans-Sumatera Ruas Bakauheni - Terbanggi Besar - Pematang Panggang - Kayu Agung - Palembang, Sabtu.
Sebagai tindak lanjut tersebut PT. Pertamina (Persero) telah menempatkan SPBU Kantong/Stanby mobil Kantong pertamax 16 KL di rest area km 163, km 208, km 234, dan km 285 dan menyediakan premium kemasan 5 liter di km 87 dan km 234 untuk masyarakat yang memerlukan BBM jenis premium.
Berdasarkan Pantauan di Rest Area Km 33, km 87. Km 163, Km 208, Km 208, Km 234, Km 285, dan Km 347 Kayu Agung, Sabtu diperoleh hal-hal sebagai berikut: Pertama, terdapat keterlambatan pengiriman BBM di Rest Area Km 33 hampir 4 Jam.
Kedua, di dalam Rest Area km 208 terdapat pengecer BBM premium dengan harga Rp11.000,- hal ini dikarenakan keterlambatan suplai BBM. Ketiga, terjadi antrean BBM sekitar 200 m dengan waktu tunggu sekitr 1 jam.
Selanjutnya, untuk meningkatkan pelayanan kepada pemudik dan mengurangi waktu antrian, Kepala BPH Migas meminta untuk ditambah dispenser/nozlle di SPBU yang terjadi antrean, seperti di Rest Area Km 208 dan meminta aparat kepolisian untuk mengibau pemudik mengisi BBM di rest area berikutnya atau di Km 215 dan 234 . Kepala BPH Migas juga mengimbau masyarakat yang mudik dapat mengisi BBM sebelum memasuki tol operasional dan fungsional mengingat beberapa penggunaan masih dalam tahap uji coba.
Pewarta: Afut Syafril Nursyirwan
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2019