"Memang, salah satu tradisi khas umat Muslim di Ternate sejak ratusan tahun silam memiliki tradisi dalam setiap menyambut malam lailatulkadar yang disebut ela-ela biasanya digelar pada 27 Ramadhan atau pada 2 Juni 2019," kata Firman Mudaffar Sjah, putra mendiang Sultan Mudaffar Sjah di Ternate, Minggu.
Dia menjelaskan dalam Festival Ela-Ela yang telah menjadi kegiatan rutin tersebut ditampilkan ritual penyambutan malam lailatulkadar yang diawali dengan pembacaan doa di Kedaton Kesultanan Ternate selesai pelaksanaan shalat tarawih di Masjid Kesultanan Ternate.
Kegiatan selanjutnya dalam festival tersebut, pembakaran obor yang dalam bahasa daerah Ternate disebut ela-ela oleh wakil dari Kesultanan Ternate diikuti seluruh masyarakat dan lintas agama, baik yang ada di lingkungan Kedaton Kesultanan maupun di seluruh wilayah Ternate.
Sehari sebelumnya, Wali Kota Ternate, Burhan Abdurahman mengawalinya dengan membakar ela-ela dan dilanjutkan prosesinya di kawasan Benteng Oranje, lokasi berlangsungnya tradisi malam ela-ela.
Abdurahman mengakui tradisi malam ela-ela ini merupakan tindak lanjut dari amanah UU Pemajuan Kebudayaan.
Dalam tradisi ela-ela itu, diisi menggunakan 10 batang pisang, yang merupakan simbol dari 10 objek pemajuan kebudayaan, yang di antaranya permainan rakyat, sastra lisan, hingga adat istiadat.
Oleh karena itu, ia meminta semua pihak berkreasi, mencari cara terbaik untuk tetap melestarikan tradisi tersebut sehingga bisa dikenal oleh masyarakat luas dan menjadi satu-satunya kekhasan masyarakat Ternate dalam menyambut malam lailatulkadar.
Dalam kegiatan itu, pemkot setempat menggelar lomba tradisi malam ela-ela yang diikuti sebagian besar kelurahan yang tersebar di Kota Ternate dengan menyiapkan berbagai obor dan meriam bambu. Kegiatan itu untuk menyemarakkan tradisi masyarakat setempat.
Pewarta: Abdul Fatah
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2019