Rest area atau area istirahat di sepanjang ruas tol masih sering menjadi sumber kemacetan karena sejumlah hal sehingga dibutuhkan kesadaran dari pengguna jalan tol, kata pengamat transportasi dari Universitas Soegijapranata Semarang Djoko Setijowarno.Tidak bijak memaksa BUJT (Badan Usaha Jalan Tol) untuk menambah rest area baru yang hanya digunakan selama dua minggu. Investasinya cukup mahal
"Sudah diduga sebelumnya, rest area akan menjadi sumber kemacetan di tol. Sepanjang Tol Jakarta-Cikampek yang dalam kondisi normal cuma satu jam, tapi pemudik sudah memilih singgah di rest area," kata dia dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Minggu.
Bisa jadi, menurut dia, persinggahan pemudik di area istirahat bukan untuk beristirahat, tetapi hanya untuk bertemu saudara atau kerabat guna berangkat bersama untuk mudik secara beriringan.
Namun, lanjut dia, hal itu juga berpotensi menambah antrean panjang kendaraan yang ingin masuk area istirahat.
Djoko berpendapat bahwa keberadaan area istirahat di tol memang tidak akan mencukupi saat musim mudik dan balik Lebaran setiap tahun.
"Tidak bijak memaksa BUJT (Badan Usaha Jalan Tol) untuk menambah rest area baru yang hanya digunakan selama dua minggu. Investasinya cukup mahal," ujarnya.
Untuk itu, ujar DJoko, imbauan untuk memilih jalur alternatif selain ruas tol perlu untuk lebih diintesifkan lagi.
Apalagi, lanjut dia, di jalan nontol juga tersedia banyak kuliner dan tempat istirahat yang memadai.
Dengan menggunakan ruas nontol juga dinilai akan ikut membangun dan menggairahkan aktivitas perekonomian masyarakat yang terdapat di daerah di sepanjang jalan nontol.
Pewarta: M Razi Rahman
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2019