Universitas tersebut, Australian National University (ANU) mengatakan tanpa memberikan perincian bahwa peretasan itu dilakukan oleh "satu operator canggih".
Satu serangan maya sebelumnya, yang diungkapkan oleh ANU pada Juli tahun lalu, gagal mengumpulkan informasi sensitif. Laporan media pada saat itu mengutip beberapa sumber, yang mengatakan peretasan tersebut berasal dari China.
Menurut World University Rangkings, ANU adalah universitas terbaik di Australia dan banyak lulusannya mengisi posisi tinggi di pemerintah, sehingga memperlihatkan besarnya kepekaan keamanan dalam peretasan data tersebut.
"Lembaga masyarakat nasional melakukan perekrutan langsung dari ANU," kata Fergus Hanson, Kepala Pusat Kebijakan Maya Internasional di lembaga kajian Australian Strategis Policy Institute.
"Untuk memiliki informasi seputar orang tertentu yang bekerja di berbagai departemen ... itu akan sangat bermanfaat."
China terus membantah bahwa negeri itu terlibat dalam serangan peretasan di mana pun. Kedutaan besarnya di Australia serta Kementerian Luar Negeri di Beijing tidak menanggapi permintaan Reuters untuk berkomentar.
Meskipun China telah membantah, Australia mengutip peristiwa serupa sebagai bukti bahwa China mencampuri urusan dalam negerinya.
Sumber: Reuters
Baca juga: Australia khawatir campur tangan asing di 5G
Baca juga: Koran di AS kena retas
Baca juga: Akun Facebook Mark Zuckerberg juga kena retas
Pewarta: Chaidar Abdullah
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2019