Pihak berwenang mengatakan pemulangan mereka dilakukan atas permintaan pemerintah AS.
Delapan orang Amerika tersebut termasuk di antara ribuan istri dan anak petempur asing yang ditahan oleh pasukan dukungan AS yang menaklukkan kubu terakhir IS di Suriah Timur pada Maret. Pasukan pimpinan Suku Kurdi menahan kedua perempuan dan anak kecil itu di kamp yang sudah kelebihan penghuni.
Para pemimpin Kurdi mengatakan mereka tak bisa menahan orang asing selamanya dan memperingatkan bahwa tahanan menimbulkan ancaman di bagian timur-laut Suriah.
Baca juga: Bom mobil guncang Suriah utara yang dikuasai pemberontak
Tapi sedikit negara bersedia menerima kembali warga negara mereka, yang mungkin sulit dihukum, dan prospek tersebut telah memicu perdebatan sengit di negara asal mereka, tempat sedikit simpati masyarakat buat keluarga petempur.
Abdulkarim Omar, Ketua Bersama Divisi Hubungan Luar Negeri di wilayah yang dipimpin Suku Kurdi, mengatakan pemerintah asing sekarang tampaknya lebih bersedia memulangkan warga negara mereka tapi "hanya dengan dasar kemanusiaan". Ia mengatakan kepada Reuters ia menduga banyak lagi perempuan dan anak kecil asing yang akan dipulangkan dari Suriah dalam waktu dekat.
Omat mengatakan delapan warga negara Amerika dijadwalkan tiba di Amerika Serikat pada Rabu.
Pemerintah pimpinan Suku Kurdi, yang menguasai banyak wilayah Suriah Timur dan Utara, mengatakan telah membantu memulangkan mereka dengan dasar "keinginan sukarela dan bebas mereka untuk pulang ke negara asal mereka".
Sumber: Reuters
Baca juga: Suriah seru DK PBB kutuk serangan terhadap warga sipil
Baca juga: Trump desak Rusia, Suriah hentikan pengeboman Idlib
Pewarta: Chaidar Abdullah
Editor: Gusti Nur Cahya Aryani
Copyright © ANTARA 2019