"Sejak kemarin (H+1) dan hari ini pengujung terus berdatangan di Rammang-Rammang untuk berwisata," kata Zanuddin, seorang pemilik perahu sewa di kawasan kars Rammang-Rammmang, Kabupaten Maros, Jumat.
Banyaknya pengujung pasca Lebaran ini memberikan keuntungan pada para pemilik perahu sewa yang berdomilisi sekitar kawasan karst Rammang-Rammang.
Menurut dia, meskipun ramai pengunjung namun pemilik perahu tidak menaikkan harga sewanya, sehingga harganya masih sama dengan harga normal yakni Rp250 ribu untuk perahu yang memuat empat orang penumpang. Sedang Rp350 ribu untuk perahu dengan kapasitas enam hingga tujuh orang penumpang.
Sementara itu, salah seorang pengujung Norma yang datang bersama keluarganya mengatakan, wisata ini merupakan pilihan untuk menikmati pemandangan pegunungan kasrt menyusuri sungai dengan perahu kayu.
"Selain itu, juga dapat menikmati telaga bidadari yang airnya jernih dan anak-anak sangat suka mandi-mandi di sana," katanya.
Tak heran jika biasanya pengujung kawasan karst Rammang-Rammang yang biasanya hanya 50 - 100 orang per hari dalam kondisi normal, namun saat musim libur seperti ini jumlahnya naik dua hingga tiga kali lipat.
Apalagi di kawasan karst Rammang-Rammang sudah dilengkapi dengan tempat persinggahan di pos 1 atau pos 2 yang menyiapkan kedai makan minum, termasuk terdapat sebuah cafe yang letaknya diatas bebatuan karst, sehingga menarik untuk disinggahi, karena memiliki sudut pemandangan yang indah dan unik untuk berswafoto (selfie).
Kawasan Karts Rammang-Rammang yang membentang dari Kabupaten Maros hingga Kabupaten Pangkep ini memiliki spot-spot yang manarik seperti taman hutan batu kapur, telaga Bidadari, gua Bulu' Barakka’, gua Telapak Tangan, gua Pasaung, sungai Pute dan kampung Berua.
Luas haman hutan batu Kapur Rammang-Rammang bertebar adalah 45 000 hektar (45à km²) dan merupakan kawasan karst terbesar ketiga di dunia, setelah Tsingy di Madagaskar dan Shilin di Tiongkok. Terdapat dua kompleks taman hutan batu di Rammang-Rammang yakni di sebelah utara dan di selatan.
Pewarta: Suriani Mappong
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2019