Koordinator SAR Pantai Parangtritis Bantul Ali Sutanto di Posko SAR Parangtritis, Jumat mengatakan jumlah wisatawan yang tersengat ubur-ubur atau binatang menyerupai gelembung itu terdata sejak Senin (3/6) sampai Kamis (6/6) di Pantai Parangtritis dan Depok.
"Semua korban sengatan dapat kami tangani setelah dibawa ke posko, akan tetapi di hari Selasa (4/6) ada beberapa korban agak sesak napas dan terpaksa dibawa ke Rumah Sakit Rachma Husada Bantul," katanya.
Ia mengatakan bahwa sengatan ubur-ubur tersebut memang tidak terlalu membahayakan bagi korban, akan tetapi bagian perut korban terasa panas, dan bagi yang tidak kuat atau punya riwayat sesak nafas bisa berakibat kambuh.
Pengobatan terhadap korban sengatan ubur-ubur, kata dia, biasanya diolesi minyak untuk meredakan panas dan istirahat beberapa waktu, di posko SAR tersebut disediakan relawan dan obat-obatan untuk pertolongan pertama pada korban.
Sementara itu data 106 korban sengatan ubur-ubur tersebut rinciannya sebanyak 80 wisatawan yang berkunjung ke Pantai Parangtritis dan 26 wisatawan Pantai Depok atau pantai sebelah barat Parangtritis.
"Untuk hari Jumat (7/6) sampai petang tidak ada laporan (korban sengatan). Ini karena cuacanya yang tidak ada angin dan tidak dingin. Biasanya (ubur-ubur) itu keluar ke permukaan laut kalau ada sinar matahari dan ada angin," katanya.
Dia juga mengatakan, kondisi alam yang cenderung mendung atau langit tertutup awan ini menjadi penyebab hewan itu tidak naik ke permukaan, berbeda dengan hari sebelumnya (Kamis, 6/6) yang panas, namun berhembus angin dingin.
"Tidak bisa dipastikan, karena selama masih ada cuaca dingin dan angin kencang pasti ada (ubur-ubur muncul). Informasinya di daerah Pantai Glagah, Kulon Progo, agak banyak, mungkin terbawa arus ke barat," katanya.
Pewarta: Hery Sidik
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2019