Antrean ini terjadi pada hampir seluruh stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) di Kabupaten Aceh Jaya, Aceh Barat, Nagan Raya serta daerah lainnya di wilayah pantai barat selatan Aceh.
"Kalau dibandingkan daerah lain, sejauh ini antreannya masih normal di Aceh," kata Sales Executive Retail VI Pertamina Aceh Dimas Mulyo Widyo yang dihubungi dari Meulaboh, Jumat.
Menurutnya, saat ini ketersediaan BBM premium bersubsidi di setiap SPBU di Aceh masih aman dan tersedia serta disesuaikan dengan permintaan dari SPBU.
Namun, pihaknya menyayangkan bahwa saat ini konsumsi bahan bakar tersebut masih didominasi oleh pemilk kendaraan yang harganya di atas Rp250 juta, dan malah rela mengantre lebih lama untuk mendapatkan BBM bersubsidi.
Sedangkan angkutan umum (angkot) juga ikut terimbas antrean, karena harus lama mendapatkan BBM untuk kendaraan agar lebih mudah melayani penumpang.
"Masa beli mobil mahal sanggup, tapi masyarakat masih rela antre lama beli BBM bersubsidi. Kami imbau sebaiknya masyarakat menggunakan BBM yang lebih berkualitas, kan bedanya sedikit sekali antara yang subsidi dan nonsubsidi sekitar Rp40 ribu per kendaraan," kata Dimas.
Ia juga menegaskan saat ini jumlah permintaan BBM premium di Aceh mengalami peningkatan mencapai 11,4 persen dari hari biasanya.
Namun, dia tidak menjelaskan secara rinci perbandingannya karena untuk mempublikasikan data tersebut, harus mendapatkan izin dari Pertamina Regional.
"BBM solar malah turun sekitar 17.7 persen," katanya pula.
Pewarta: Teuku Dedi Iskandar
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2019