"Temuan kita di lapangan, tingginya harga elpiji tersebut disebabkan oleh pedagang pengecer, bukan dari agen penyalur resmi," kata Junior Sales Eksekutif Pertamina (Persero) Aceh, Unggul di Meulaboh , Sabtu.
Ia mengatakan fakta tersebut diperoleh ketika pihaknya melakukan pemantauan saat pendistribusian gas elpiji 3 kilogram di sejumlah penyalur di sejumlah daerah di Aceh, termasuk di Kota Banda Aceh.
Dalam pemantauan itu, Pertamina menemukan ada pihak yang diduga sengaja memanfaatkan sejumlah anak-anak untuk mengantre membeli elpiji pada penyalur, dan gas tersebut dibeli dengan harga murah yakni Rp18 ribu per tabung berisi 3 kilogram
Anak-anak tersebut, kata Unggul, diduga sengaja diupah oleh pihak tertentu dan kemudian gas yang sudah dibeli itu dijual dengan harga tinggi melebihi batas kewajaran yang sudah ditentukan.
"Kami berharap persoalan ini mendapatkan perhatian serius dari pihak terkait, kami berharap pelakunya dapat ditindak sesuai aturan hukum yang berlaku," kata Unggul.
Ia juga menambahkan, saat ini permintaan elpiji 3 kilogram di Aceh mengalami peningkatan khususnya selama bulan suci Ramadhan 1440 Hijriah sebesar 11 persen lebih, dengan volume gas yang didistribusikan berkisar antara 300-310 metrik ton per hari.
Seperti diketahui, tingginya harga elpiji 3 kilogram bersubsidi yang disubsidi pemerintah hingga kini masih dijual dengan harga tinggi di Aceh, seperti yang terjadi di Kabupaten Nagan Raya, pada Mei 2019 lalu harga elpiji melon tersebut dijual mencapai Rp60 ribu per tabung di tingkat pedagang eceran.
Sementara di agen penyalur resmi harga gas tersebut dijual sebesar Rp18 ribu per tabung.
Pewarta: Teuku Dedi Iskandar
Editor: Masnun
Copyright © ANTARA 2019