BPBD Ambon data 32 titik bencana longsor

9 Juni 2019 21:54 WIB
BPBD Ambon data 32 titik bencana longsor
Ilustrasi. Sejumlah warga melihat kondisi salah satu rumah yang tertimbun tanah longsor dan banjir bandang di Ambon (FOTO ANTARA/Jimmy Ayal )
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Ambon mendata 32 titik bencana tanah longsor dan pohon tumbang dalam sepekan,  1 - 8 Juni 2019.

Kepala BPBD Kota Ambon, Demy Paays, Mingggu mengatakan kejadian bencana tanah longsor di Kota Ambon pada 1-8 Juni 2019 yang tersebar di 32 titik dan lima kecamatan.

"Dari 32 titik bencana tersebar di lima kecamatan di antaranya kawasan STAIN, Gunung Malintang, Batu Merah, Rumah tiga, Taeno, kelurahan Batu Meja, Batu Gajah, Kayu Tiga, Batu Gantung, Kudamati, Benteng dan Hatalai," katanya, Minggu.

Dikatakan, bencana tanah longsor dan pohon tumbang mengakibatkan sedikitnya dua unit rumah rusak total, rusak sedang dua unit, rusak ringan empat unit dan terancam rusak 27 unit.

Kawasan bencana longsor yang rawan yakni di kayu tiga, Soya, Batu Merah dan Teeno. Kawasan tersebut berdampak rumah warga rusak berat karena tertimbun tanah longsor.

Selain berdampak pada kerusakan rumah warga, tetapi juga fasilitas umum yakni talud penahan sungai di kawasan Batu Gajah.

"Longsor mengakibatkan patahan talud di kawasan Batu Gajah sepanjang 15 meter, sehingga berdampak pada warga yang tinggal disekitar talud, sehingga harus dilakukan penanganan darurat oleh Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR)," katanya.

Diakuinya, curah hujan yang tinggi beberapa hari terakhir di kota Ambon, pihaknya terus melakukan pendataan dan memberikan bantuan tanggap darurat bagi warga.

Bantuan tanggap darurat diberikan kepada masyarakat berupa kasur, bantal, sarung pakaian, alat dapur dan makanan siap saji.

Selain itu bantuan berupa terpal untuk menutup longsoran, serta gerobak dan sekop untuk mengangkat timbunan tanah.

Pihaknya juga mengimbau masyarakat untuk waspada akan curah hujan yang tinggi beberapa hari kedepan, terutama masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana.

"Sewaktu -waktu bencana bisa datang karena itu masyarakat yang tinggal di lereng bukit dan bantaran sungai untuk waspada jika curah hujan tinggi dengan mencari tempat aman untuk selamtakan diri," katanya.

Pewarta: Penina Fiolana Mayaut
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2019