Para pegiat menuntut salah satu perusahaan energi terbesar di dunia tersebut segera menghentikan pengeboran sumur baru dan hanya menanam modal pada energi yang terbarukan atau menutup operasinya serta mengembalikan uang penanam modal.
Greenpeace mengatakan di dalam satu pernyataan, sebagaimana dilaporkan Reuters --yang dipantau Antara di Jakarta, Senin pagi, bahwa satu tim pegiat dengan naik beberapa perahu mendekati alat pengeboran minyak dengan bobot 27.000 ton saat alat itu berusaha meninggalkan Cromarty Firth.
Pernyataan tersebut mengutip seorang pegiat Greenpeace dari Skotlandia yang diidentifikasi sebagai Jo, yang mengatakan, "Alat pengeboran ini dan 30 juta barel yang berusaha dibornya dapat dipastikan sebagai tanda bahwa BP berkomitmen untuk melakukan bisnis sebagaimana biasa, dan mengisi bahan bakar buat keadaan darurat iklim yang mengancam jutaan nyawa dan masa depan kehidupan di dunia."
Sementara itu BP mengatakan di dalam satu pernyataan, "Meskipun kami mengakui hak buat protes damai, tindakan kelompok ini tidak bertanggung-jawab dan bisa membuat diri mereka serta orang lain menghadapi resiko yang tidak perlu."
Perusahaan itu mengatakan BP bekerjasama dengan Tansocean Ltd., operator dan pemilik pengeboran, dan pihak lain untuk menyelesaikan situasi.
BP menambahkan perusahaan tersebut memiliki keprihatinan yang sama dengan pemrotes mengenai iklim dan mendukung Kesepakatan Iklim Paris.
Ketika menanggapi pernyataan BP, Greenpeace mengatakan meskipun pengeboran itu dimiliki oleh Transocean, pengeboran tersebut dalam perjalanan menuju Ladang Vorlich untuk melakukan pengeboran sumur minyak baru yang dioperasikan oleh BP.
Pada Mei, pegiat Greenpeace menghalangi markas besar BP di di St. James' Square di London Tengah, dan menuntut perusahaan tersebut mengakhiri eksplorasi minyaknya.
Sumber: Reuters
Pewarta: Chaidar Abdullah
Editor: Fardah Assegaf
Copyright © ANTARA 2019