"Hal ini terjadi karena walaupun (IT) mengalami peningkatan sebesar 0,20 persen namun masih lebih rendah dari peningkatan IB yang tercatat sebesar 0,82 persen," kata Kepala BPS Provinsi Maluku, Dumangar Hutauruk di Ambon, Senin.
Empat subsektor mengalami penurunan NTP yakni tanaman pangan 2,24 persen, perikanan (khusus perikanan budidaya 2,17 persen), tanaman perkebunan rakyat 0,89 persen, dan tanaman hortikultura 0,47 persen.
"Komoditas pertanian yang mengalami kenaikan harga di tingkat petani dan merupakan penyumbangan terbesar peningkatan IT: tanaman pangan yakni kacang tanah, tanaman hortikultura yakni cabai rawit, tomat, cabai merah, terung panjang, bayam, kangkung, sawi buncis, kol, petai, bawang merah, jeruk, alpokat, semangka, jahe, lengkuas," ujarnya.
Kemudian tanaman perkebunan rakyat yakni kakao, kelapa, peternakan yakni sapi potong, kerbau, kambing domba, ayam buras, ayam ras pedaging, telur ayam buras, sedangkan perikanan yakni ikan layang, cakalang, tongkol, kakap kuwe, baronang, japuh, kapasan, teripang tenggiri, selar, kerang dan tuna.
Menurut Dumangar, Provinsi Maluku mengalami inflasi perdesaan pada Mei 2019 sebesar 0,97 persen, rangking ke 17 dari 33 provinsi Seluruh Indonesia, inflasi tertinggi pada kelompok bahan makanan sebesar 1,79 persen dengan andil tertinggi sebesar 0,86 persen.
10 komoditas dengan andil terbesar terhadap inflasi perdesaan Maluku Mei 2019 adalah bawang putih, bawang merah, ikan cakalang, ikan layang , ikan selar, cabai rawit kangkung, ikan cakalang asap, telur ayam buras dan minyak tanah.
Komoditas dengan andil terbesar terhadap peningkatan indeks BPPBM pada Mei 2019 adalah sewa tanah sawa, sewa bajak, motor tempel, insektisida, bensin minyak tanah, perahu tanpa motor, bibit cabai, dan ternak.
NTPU Maluku Mei 2019: 124,81, naik 0,07 persen. NTP tanaman hortikultura masih pada posisi tertinggi dengan capaian sebesar 139,82.
Pewarta: Shariva Alaidrus
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2019