Satgas Pengamanan Daerah Rawan (Pamrahwan) TNI Batalyon Infanteri 711/Raksatama Palu, Sulawesi Tengah, mengedepankan nilai-nilai keagamaan selama melaksanakan tugas pengamanan Provinsi Maluku dan Maluku Utara.Senjata yang diserahkan oleh masyarakat itu hampir 300 pucuk. Ada laras panjang, laras pendek, rakitan dan standar dengan ribuan amunisi dan bahan peledak granat serta bahan peledak lainnya yang sudah non aktif,
“Kita melaksanakan operasi toritorial dengan mengedepankan nilai kekeluargaan dan keagamaan. Jadi di daerah yang beragama Kristen kita tampilkan vokal grup, kemudian di daerah yang beragama Islam kita tampilkan tim marawis serta kekeluargaan dari hati ke hati,” kata Danyon 711/Raksatama Palu, Letkol Inf. Fanny Pantouw, usai mengikuti upacara Purna Tugas Satgas Operasi Pamrahwan Maluku Yonif 711/RKS Brigif 22/Ota Manasa, di Pelabuhan Pantoloan, Kota Palu, Senin.
Dengan cara tersebut, tambahnya berhasil merebut hati dan kepercayaan dari masyarakat yang kemudian masyarakat secara suka rela menyerahkan senjata-senjata sisa saat konflik yang pernah terjadi beberapa waktu lalu di wilayah itu.
“Senjata yang diserahkan oleh masyarakat itu hampir 300 pucuk. Ada laras panjang, laras pendek, rakitan dan standar dengan ribuan amunisi dan bahan peledak granat serta bahan peledak lainnya yang sudah non aktif,” jelasnya.
“Di sana masih sering terjadi konflik kecil-kecilan antar kampung dan kita berhasil mendekati masyarakat dan melaksanakan rekonsiliasi konflik sehingga terjadi perdamaian yang tadinya tidak pernah ketemu antar kampung itu bisa bersama-sama melalui pendekatan agama,” sambungnya.
Dia mengatakan tidak ada lagi konflik apalagi konflik antar agama di Provinsi Maluku dan Maluku Utara. Namun selama 11 bulan 500 anggota satgas tersebut di sana, masih mendapati konflik yang disebabkan kenakalan remaja yang berbuah perkelahian antar kampung.
“Dan sisa-sisa itulah yang sering digunakan, namun secara kesadaran masyarakat menyerahkan pada kita,” ujarnya.
Dia mengemukakan 500 personel TNI 711/Raksatama Palu yang ditugaskan di Maluku dan Maluku Utara merupakan penugasan dari Mabes TNI yang meminta untuk melakukan pengamanan di wilayah tersebut.
“Kita berangkat bulan Juli 2018, dua bulan sebelum tsunami terjadi. Itu juga menjadi beban dan tantangan kita di sana karena kita harus melaksanakan tugas sementara keluarga kita harus tinggal di pengungsian. Syukurnya tidak ada keluarga dari anggota satgas keluarga yang menjadi korban. Makanya kita di sana melakukan bakti sosial sebanyak-banyaknya sebagai bentuk syukur kita. Kita di sana lengkap, di sini juga lengkap walaupun beberapa barak roboh,” terangnya.
Sebelumnya, Pangdam XIII/Merdeka Mayor Jenderal TNI Tiopan Aritonang mengapresiasi para personil Satgas Pamrahwan Yonif 711/Raksatama Palu yang telah kembali ke Kota Palu, dari tugas Pamrahwan di Maluku dan Maluku Utara selama kurang lebih 11 bulan sejak 22 Juli 2018 sampai dengan 28 Mei 2019.
Tiopan berpesan kepada 500 personil tersebut selama masa libur maupun pelaksanaan tugas selanjutnya untuk menjaga nama baik TNI dengan tidak melakukan perbuatan yang diluar kewenangannya.
Pewarta: Muhammad Arshandi
Editor: Hendra Agusta
Copyright © ANTARA 2019