• Beranda
  • Berita
  • Nelayan Bahodopi menuai rezeki dari taksi laut pascabanjir

Nelayan Bahodopi menuai rezeki dari taksi laut pascabanjir

11 Juni 2019 12:47 WIB
Nelayan Bahodopi menuai rezeki dari taksi laut pascabanjir
Nelayan mengangkat sepeda motor ke atas ketinting di Bahomotefe, Morowali, Sulawesi Tengah. (ANTARA/Rolex Malaha)
Puluhan nelayan Bahodopi di Kabupaten Morowali mengalihfungsikan kapal motor tempel yang biasa mereka gunakan untuk mencari ikan menjadi taksi laut untuk menyeberangkan warga setelah akses darat terputus akibat banjir bandang.

"Sudah empat hari ini kami mengangkut penumpang dari Bahodopi ke Bahomotefe, hasilnya lumayan Pak," kata Bahar, nelayan di Pantai Desa Bahomotefe, Selasa.

Kapal motor tempel milik Bahar bisa mengangkut tiga sepeda motor dan 10 penumpang sekali jalan.

Untuk menumpang kapal menempuh perjalanan selama sekitar 45 menit, setiap penumpang dipungut ongkos Rp100.000 dan setiap unit sepeda motor dikenai biaya Rp150.000. Barang seperti beras, ikan, daging, ayam potong dan telur dalam jumlah tertentu juga dikenai biaya yang besarannya tergantung hasil tawar menawar.

Saat cuaca baik dan tidak ada gelombang besar, Bahas bisa lima kali bolak-balik Bahodopi-Bahomotefe mengangkut penumpang.

"Hasilnya lumayan Pak, bisa hitung sendiri, tapi tidak semua uang itu masuk ke kantong kami, karena kami juga membayar buruh untuk menaikkan dan menurunkan sepeda motor. Satu sepeda motor, ongkos angkat dan turun masing-masing Rp50.000," ujarnya.

Ia menambahkan harga bahan bakar bensin juga cukup tinggi, Rp20.000 per botol, dan sempat naik menjadi Rp50.000 per botol pada Minggu (9/6). Sementara setiap kali perjalanan kapal motor membutuhkan minimal dua liter bensin.

Namun warga yang menggunakan jasa taksi laut untuk masuk dan keluar dari Bahodopi cukup banyak setelah tiga jembatan menuju ke Bahodopi ambruk dihantam banjir sejak Sabtu (8/6).

"Soal penumpang banyak sekali, cuma kapal yang tidak ada," ujar Dola, nelayan lain yang mengoperasikan kapal motor tempel yang disebut ketinting.

Pada Sabtu dan Minggu, saking banyaknya penumpang yang ingin masuk dan keluar Bahodopi setelah Idul Fitri 1440 Hijriah, ongkos menyeberang menggunakan kapal motor sampai Rp150.000 per orang dan Rp250.000 per orang yang membawa sepeda motor.

Sekretaris Desa Leelee, Kecamatan Bahodopi, Abdul Hamid berharap Pemerintah Kabupaten Morowali menyediakan armada angkutan laut yang lebih murah bagi warga karena ongkos angkut yang dipungut operator ketinting saat ini terlalu mahal.

"Seharusnya Pemda menyediakan angkutan laut alternatif karena keterisolasian hubungan darat dari dan ke Bahodopi diperkirakan masih akan berlangsung sampai sepekan ke depan," ujarnya.

Bahodopi adalah pusat kegiatan ekonomi penting dan strategis di Sulawesi Tengah karena menjadi pusat industri pertambangan nikel terbesar di Indonesia.

Daerah itu merupakan tempat operasi PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP), perusahaan tambang yang saat ini mempekerjakan sekitar 35.000 pekerja untuk memproduksi berbagai jenis produk jadi dan setengah jadi dari nikel serta industri pendukungnya.

Banjir yang merusak jembatan dan jalan membuat akses dari dan menuju ke daerah itu sulit.

Kepala Satuan Kerja III Balai Pelaksana Jalan Nasional (BPJN) XIV Wilayah Sulawesi Tengah Beny Birmansyah mengatakan bahwa lembaganya mengupayakan penanganan darurat agar dalam tempo empat hari ke depan semua jembatan yang rusak sudah bisa digunakan kembali.

Baca juga:
Kerugian infrastruktur akibat banjir Morowali capai ratusan miliar
Empat jembatan permanen di Morowali ambruk dihantam banjir

 

Pewarta: Muhammad Hajiji/Rolex Malaha
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2019