"Lebaran tahun ini, saat mudik arus lalu lintas relatif lancar, namun saat balik tersendat," kata Djoko Setijowarno kepada Antara di Jakarta, Selasa.
Menurut Djoko, hal tersebut antara lain karena rentang waktu antara mudik dan balik tidak seimbang, di mana mudik diselenggarakan enam hari efektif, sedangkan balik hanya tiga hari.
Selain itu, ujar dia, volume kendaraan antara mudik dan balik relatif sama, namun kapasitas prasarana tidak bertambah, sehingga wajar jika pada saat arus balik terjadi ketersendatan.
"Untuk membikin rencana operasi angkutan lebaran berikutnya, sebaiknya Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara diajak juga, karena kementerian ini yang merancang masa liburan ASN," katanya.
Ia juga mengingatkan bahwa euforia publik menggunakan tol cukup tinggi antara lain karena tiket pesawat meninggi.
Kemudian, kondisi terhubungnya Tol Trans Jawa dan sebagian Tol Trans Sumatera serta membaiknya layanan penyeberangan Merak-Bakauheni dinilai menjadi pemicu beralihnya publik menggunakan moda darat, terutama kendaraan pribadi.
"Kesadaran pemudik akan keselamatan juga meningkat. Walau masih ada juga pemudik yang masih belum paham memakai jalan tol. Saat beristirahat karena kelelahan tidak mendapatkan ruang di TIP (Tempat Istirahat dan Pelayanan), memilih bahu jalan tol untuk beristirahat. Ini membahayakan mereka. Sebab ada kejadian kecelakaan saat mudik tahun ini ditabrak saat berganti pengemudi bahu jalan tol," katanya.
Djoko menegaskan bahwa bahu jalan tol untuk kondisi darurat bukan buat istirahat, sehingga pemerintah dan berbagai lembaga terkait juga diharapkan dapat lebih menggencarkan edukasi dan sosialisasi tentang penggunaan tol ke publik.
Ia berpendapat bahwa meningkatnya penggunaan ruas tol juga di satu sisi memisahkan kendaraan roda dua dan roda empat ke atas, sehingga merupakan hal yang logis pula bila saat ini sudah berkurang kecelakaan antara roda dua dan roda empat saat arus mudik dan balik.
Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Nurul Hayat
Copyright © ANTARA 2019