Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) Pieter CH Sabaneno mengaku kesulitan mengelola Bendungan Raknamo sebagai lokasi wisata karena terkendala biaya operasional untuk perawatan kawasan bendungan yang sangat besar.Biaya operasional untuk perawatan Bendungan Raknamo sangat besar sehingga tentu tidak bisa dibiayai dari APBD II Kabupaten Kupang
"Biaya operasional untuk perawatan Bendungan Raknamo sangat besar sehingga tentu tidak bisa dibiayai dari APBD II Kabupaten Kupang. Kami hanya bisa mengelola di luar kawasan itu untuk kepentingan wisata," kata Pieter CH Sabaneno ketika dihubungi Antara di Oelamasi, Kupang, Rabu.
Pieter mengatakan hal itu terkait langkah antisipasi Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kupang apabila Bendungan Raknamo di Kecamatan Amabi Oefeto resmi menjadi lokasi wisata unggulan di NTT.
Dia mengatakan besarnya biaya perawatan menyebabkan daerah ini tidak bisa mengambil alih pengelolaan kawasan Bendungan Raknamo sebagai destinasi wisata.
"Pemerintah Kabupaten Kupang mungkin bisa mengelola kawasan yang berada di luar Bendungan Raknamo untuk kegiatan wisata," kata Pieter.
Menurut mantan Sekretaris DPRD Kabupaten Kupang itu, pemerintah daerah itu hanya mampu mengelola kawasan konservasi yang berada di luar Bendungan Raknamo untuk tempat wisata bagi wisatawan.
Menurut dia, kawasan Bendungan Raknamo yang berlokasi 45 km arah timur Kota Kupang itu saat ini memang sudah menjadi lokasi wisata favorit masyarakat pada hari libur.
"Arus kunjungan wisatawan ke Raknamo pada hari libur sangat padat, namun pengelolaan kawasan itu masih menjadi kewenangan Pemerintah Provinsi (Pemprov) NTT. Kami hanya bisa mengelola kawasan wisata di luar bendungan Raknamo," kata Pieter.
Baca juga: Tingkatkan pariwisata, Pemprov NTT siapkan bus wisata ke Bendungan Raknamo
Pewarta: Benediktus Sridin Sulu Jahang
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2019